If you cannot save earth, at least you could not try to make it worse" |
Pada tanggal 17 Agustus 2016 selepas upacara hari Kemerdekaan RI di lapangan basket Realino, Angga (Ketua BEMU) menghampiri kami. Kala itu dia mengajak beberapa teman-teman mahasiswa yang terlibat dalam organisasi, baik UKM maupun HMJ, untuk membersihkan lingkungan kampus realino serta membagikan nasi bungkus setelah sarapan pagi. Kami menyambut ajakan baik tersebut.
Singkat cerita, setelah selesai sarapan pagi, kami berkumpul di kantin realino untuk mendapatkan pengarahan dari Angga. Ada yang bertugas membagikan nasi bungkus, ada pula yang bertugas membersihkan gedung student center dan lingkungan di sekitarnya. Saya kebagian bersih-bersih gedung student center. Berbekal beberapa trashbag, saya dan beberapa teman lain mulai menyusuri lantai kantin realino. Kami memunguti berbagai macam sampah yang berceceran di lantai maupun di meja dan kursi kantin. Karena rasanya belum afdol kalo cuma sekedar mungut-mungut kotoran besar, kami berinisiatif untuk sekalian menyapu. Sementara ada yang mengambil sapu di lantai atas, teman lain mengatur posisi meja dan kursi serta ada yang mengangkat kursi ke atas meja agar nyapunya lebih enak.
Mulailah kami bergotong-royong menyapu lantai kantin yang sudah seperti lautan puntung rokok ini. Ya! Sebagian besar sampah di kantin ini adalah puntung rokok. Saya heran sekali kalau sampah yang kecil begini saja tidak mau dibuang di tempat semestinya, lalu bagaimana dengan sampah yang lebih besar?
Setelah selesai bersih-bersih, kami semua kembali berkumpul di kantin. Beberapa teman, termasuk Angga duduk mengelilingi sebuah meja lalu kami mulai berbagi cerita nyapu-nyapu tadi. Cerita tentang puntung rokok yang seabreg. Kemudian muncul pertanyaan "gimana ya cara mengedukasi pengunjung kantin agar tertib menjaga kebersihan?" Pertanyaan yang akan selalu dilontarkan entah sampai kapan. Saya kembali teringat bagaimana kepengurusan BEMU periode sebelumnya juga menyoroti masalah yang sama: kebersihan.
Saya flashback bentar ya.. Jadi, ceritanya tahun lalu kebetulan kok ya saya kebagian diceritain lagi oleh seorang teman BEMU (ya namanya juga sama-sama bermarkas di student center, atas kantin) tentang program mereka untuk menyikapi sampah makanan, minuman, dan puntung rokok yang membanjiri kantin. Jadi, BEMU kala itu mengusahakan tersedianya alat-alat kebersihan di gedung student center. Mereka mengajukan penambahan tempat sampah di kantin dan di depan ruangan-ruangan UKM serta penambahan sapu. Mereka juga membuat tulisan berisi ajakan untuk membuang sampah di tempatnya, yang kemudian ditempel di tembok kantin dan MEJA-meja kantin. Tapi... day by day.. Tulisan tersebut hilang. Dicopot. Disobek oleh pengunjung kantin. Apa ini? Penolakan atas apa?
Di tahun yang sama pula, teman-teman UKM Mapasadha membuat sekitar 10 asbak dari bambu yang diletakkan di meja-meja kantin. Untuk tujuan apalagi kalau bukan agar para perokok tidak kesulitan menjangkau tempat sampah. "Niihh.. lu nggak usah jauh-jauh kalau mau buang puntung rokok lu." Tapi... sekarang udah nggak tahu bagaimana nasib asbak-asbak tersebut (?)
Saya jadi ingat juga entah tahun lalu atau dua tahun lalu, mas Anton (CM) pernah melontarkan keprihatinan akan perokok yang tidak bertanggung jawab setelah melihat puntung rokok bekas berceceran di sekitar student hall. Lalu muncullah ajakan untuk menjadi #smartsmoker. Sampai-sampai muncul asbak portable buatan dari kaleng bekas. Apakah ada perubahan yang cukup berarti setelah ajakan saat itu?
Nah, mendengar kisah tersebut, keprihatinan akan kebersihan ini semakin menggelitik untuk diteliti. Banyak timbul pertanyaan berkaitan dengan perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya ini. Harus mulai darimana jika kita tidak bisa mengendalikan dan mengawasi perilaku pengunjung kantin setiap saat? Apa harus kita biarkan saja hingga kantin menjadi kumuh? Iya, tidak usah dibersihkan. Lalu kita lihat bagaimana reaksi para pengunjungnya. Masih maukah mereka nongkrong jika kondisi kantin menjadi sangat menjijikkan akibat sampah yang berasal dari mereka sendiri?
Ketika sungai terakhir telah kering kerontang,
Ketika hewan terakhir telah punah dan hilang,
Sanggupkah kita memakan puntung yang sudah banyak kita buang?” -nn
No comments:
Post a Comment