Wednesday 13 December 2017

Klavus (part 2)

Siapa sangka.. kaki yg sudah nampak mulus ini ternyata
masih menyisakan misteri..

DIA MEREKA DATANG LAGI

Sekitar awal Oktober, aku merasakan sakit pada bekas operasi dan ada benjolan kecil di sebelah bekas operasi. Awalnya aku cuek saja, tapi lama-lama kok semakin mengganggu. Jika aku perhatikan, luka bekas operasi pertengahan Juni kemarin menebal dan mengeras. Akhir bulan Oktober aku minta rujukan ke dokter bedah yang menangani operasiku.

Awal November aku kembali periksa. Dokter bedahku heran kenapa luka bekas operasinya bisa sakit sementara itu baru 4 bulan pasca operasi. Beliau sempat tanya aku udah ganti sepatu atau belum karena penyakit mata ikan ini bisa muncul ketika kita pakai alas kaki yang kesempitan. Beliau juga nanyain kerjaanku apaan siapa tahu kerjaanku menyebabkan aku harus menghentak-hentakkan kaki. What?! Dokternya ndagel banget sueerrr..

Setelah diperiksa, benar ada benjolan seperti sebelumnya di sebelah bekas operasi. Dokter waktu itu hanya memberikan obat anti nyeri dan alkohol untuk digunakan mengompres. Tujuannya agar daging dan kulit yang menebal bisa melunak sehingga harapannya tidak perlu operasi lagi.

2 minggu kemudian aku kembali kontrol karena aku merasa tidak ada perubahan. Di pertemuan kali ini, dokter memberi tahu kalau kulit yang mengeras mengalami penyebaran. Kalau tidak salah, istilah penebalannya hiperkeratosis. Sekarang nggak sakit, tapi akan sakit di kemudian hari. Jadi kalau tidak salah lagi, hiperkeratosisnya tumbuh lalu menekan ke dalam sehingga menimbulkan rasa sakit. Inilah yang disebut dengan Klavus (mata ikan). Dokter langsung menyarankan untuk operasi, tapi beliau juga memberikan alternatif lain yakni pakai obat K*l*m*k atau sejenisnya.

Tuesday 12 December 2017

Klavus

Suatu hari di awal bulan Januari 2017, matahari bersinar seperti seharusnya. Suasana rumah tenang seperti biasanya hanya kadang terdengar suara kaki anjing naik-turun tangga, daily exercise. Sampai saat bel rumah berbunyi, ada yang ingin menyetor uang deposit pulsa ke mama. Kebetulan aku yang membukakan pintu depan rumah. Bambi saat itu sedang di lantai atas, tapi karena sudah terbiasa waspada menjaga agar Bambi tidak kabur aku menahan pintu dengan kakiku. Eh.. saking semangatnya membuka pintu, tumit kaki kanan yang dipakai menahan pintu terjepit di bawah pintu. Wadouw!

Sakit, sih, rasanya seperti dicubit keras-keras. Aku menganggap sakitnya akan mereda seiring dengan berjalannya waktu, jadi nggak aku apa-apain. Sekitar satu bulan lebih setelah kejadian itu, aku mulai sadar kalau jalanku jadi agak jinjit karena aku menahan agar tumitku nggak kena lantai which is mean sakit di kakiku itu belum menunjukkan tanda-tanda akan pergi.

Barulah aku menaruh perhatian serius ke si tumit. Setelah diamat-amati, bagian di sekitar tumit yang terjepit kemarin seperti mengapal (kapalan). Aku pergi ke dokter terus dirujuk ke dokter spesialis bedah. Kalau tidak salah beliau nyaranin untuk dioperasi. Jadi daging yang agak timbul itu harus diangkat karena mungkin menjepit saraf sehingga menimbulkan rasa sakit. Dokternya bilang, kalau oke (setuju operasi) bisa langsung atur jadwalnya. Aku bilang sih, masih mau pikir-pikir dulu. Pertimbanganku waktu itu adalah aku akan wisuda bulan April. Takutnya proses penyembuhan pasca operasi akan mengganggu persiapan dan pelaksanaan wisudaku nanti. Kemungkinan paling buruk ya aku nggak bisa ikut wisuda. Akhirnya aku urungkan dulu niat untuk operasi.

Nah, adikku nyaranin buat diobati dulu pakai salep *8 karena menurutnya itu sejenis mata ikan. Dia cerita kalau dosennya punya mata ikan terus sembuh setelah diobati pakai salep *8. Aku sempat nggak mau dan baru ngasih salep sekitar bulan Mei, pokoknya pas urusan wisuda sudah rampung. Sekitar 2 minggu dikasih salep tersebut, kulit yang kapalan pelan-pelan mengikis lalu terlihat lingkaran di bagian yang sakit. Di tengah-tengah lingkaran ada semacam daging (aku nggak tau pasti itu apa) terus di sekitar daging tersebut ada kayak hitam-hitam gitu. Aku coba tarik-tarik pakai pinset. Setiap hari seperti itu sampai suatu hari pas aku tarik, rasanya sakit sekali dan keluar sedikit darah. Setelah itu aku nggak berani otak-atik lagi. Penampakan tumitku jadi agak jelek.

Sunday 3 December 2017

The Boy in My Dream

I met a boy last night
I didn't know where he came from
He has a black curly hair
He has a white skin
He wore a glasses
He's mature
and smart
I asked him about his study
He told me that he already graduated from university
major Information Engineering
He finished his study in 3 years
We kept talking about one or two things
that I couldn't remember
Until (I didn't know how)
I realized that his face got closer to mine
We almost kissed!
but then.. it didn't happen
I smiled to him,
"I have to take care of someone's heart."

:)

Friday 1 December 2017

Badai 2017

Ilustrasi Hujan
Kemarin pagi, saya scrolling postingan-postingan di grup ICJ. Kabar mengenai hujan lebat, banjir, dan tanah ambles yang merupakan dampak dari badai Cempaka masih mendominasi isi postingan. Semakin banyak kabar yang saya baca, semakin dekat saya dengan pemahaman bahwa manusia nggak ada apa-apanya dibandingkan jagat raya ini. Manusia begitu kerdil di mata alam.

Saya ingat dua buah kalimat dari Evo Morales yang berbunyi: Sooner or later, we will have to recognise that the Earth has rights, too, to live without pollution. What mankind must know is that human beings cannot live without Mother Earth, but the planet can live without humans.

Kurang lebih terjemahan bebasnya seperti ini: Cepat atau lambat, kita akan menyadari bahwa Bumi juga punya hak untuk bebas dari polusi. Yang manusia harus ketahui adalah manusia tidak bisa hidup tanpa bumi, tapi planet ini dapat hidup tanpa manusia.

Dua buah kalimat tersebut rasanya semakin mengingatkan kita untuk tidak pongah, tidak takabur, tidak tamak. We may free to exploit the Mother Earth, but we never know what will she do in return. Salah seorang warga di Dusun Trukan yang saya dan teman-teman temui hari ini menuturkan bahwa banjir tahun ini adalah banjir besar setelah kurang lebih 29 tahun terakhir tidak pernah terjadi banjir seperti ini.

Sunday 12 November 2017

Screenshoot

Screenshoot di samping adalah percakapan antara papa dan saya tanggal 9 November 2017. Hari itu adalah hari pengumuman hasil seleksi akhir CPNS Kemenkumham. Seperti biasa, dari pagi papa udah nanyain hasilnya, padahal –seperti biasanya juga– pengumumannya baru muncul tengah malam bahkan dini hari di hari besoknya. Ah, beliau adalah orang yang paling nggak sabaran mendengar kabar tentang pekerjaan saya.

Honestly, mata saya sempat berkaca-kaca baca chat beliau. Tiba-tiba saya pengen beliau ada di Jogja. Tiba-tiba saya bertanya-tanya kenapa beliau harus kerja di luar kota – pertanyaan yang saya sudah tau jawabannya. Ah, I need a man like him! Bukan, I need him! Saya pikir, saya beruntung sekali memiliki papa seperti beliau. Sejak dulu, se-ngeyel apapun kami, anak-anaknya, beliau nggak pernah berhenti memberi nasihat, nggak pernah bosan menanyakan dari A-Z tentang kegiatan kami.

Papa rajin menelepon, ke mama dan ke anak-anaknya, kayaknya paling sering ke saya dibandingkan ke anaknya yang lain (namanya juga anak paling tua ya ^o^). Adaaa saja bahan pembicaraannya. Terakhir, beliau mengirimi kami semua video senam pernafasan dan menyuruh kami mempraktekkan senam tersebut. Hahaha… “Udah dilihat belum? Udah dipraktekkan belum?” begitu tanyanya di suatu sesi telepon dengan saya. Papa lalu menyuruh saya memberi tahu Tyas dan Mama agar melakukan senam tersebut. Beliau lalu melanjutkan dengan penjelasan singkat mengenai senam pernafasan tersebut. “Nanti papa jelasin (lebih lengkap) deh, kalau papa ke Jogja,” begitu katanya.

Sunday 20 August 2017

Dion dan Ame(lia)

source: https://id.pinterest.com/pin/367817494536140532/

Hai.. kali ini aku kepingin cerita tentang pertemuan aku dengan dua orang adik di bawah umur. Di bawah umurku persis maksudnya, jadi umur mereka sekitar 22 tahun gitulah. Hahaha apasih nggak penting banget.

Kami dipertemukan tanggal 15 Agustus 2017 di salah satu bangku panjang UKDW dalam momen menunggu giliran wawancara HRD sebuah perusahaan retail yang cukup terkenal, sebut saja inisial perusahaannya: AM. Sebenernya ini tulisan nggak penting banget buat dibaca dan tujuan aku nulis ini semata-mata dalam rangka mengenang pertemuan pribadiku dengan mereka aja sih. Jadi kalau dalam versi singkatnya ya aku cuma pengen nulis kayak gini:
Hari Selasa, tanggal 15 Agustus 2017 di UKDW, aku ketemu sama dua orang jobseeker yang ternyata sama-sama alumni Sadhar dan mereka berdua angkatan 2013. Yang laki-laki namanya Dion, alumni Program Studi Matematika Murni dan yang perempuan namanya Ame, alumni Program Studi Akuntansi. Mereka sama-sama akan wisuda bulan September nanti. Selesai.
Udah, kalian boleh berhenti baca sampai di sini.
------------------------------------------------------------------------------------------------

Wednesday 21 June 2017

Wirayuda

https://id.pinterest.com/vennariss/and-the-rain-came/
Hujan masih saja turun di luar sana. Minuman cokelat panas yang sedari tadi kuseruput sudah tinggal setengah gelas. Tidak terasa sudah 1 jam lebih kami duduk di tempat ini. Hujan yang tadi turun tiba-tiba memaksa kami untuk segera mencari tempat berteduh dan kafe kecil ini menjadi penyelamat kami. Ketika kami tiba, hanya ada 3 orang pengunjung di dalam, sepasang remaja yang duduk di pojok ruangan dan seorang laki-laki muda yang bercengkrama mesra dengan laptop di hadapannya.
Dari luar, penampakan kafenya terbilang tidak terlalu menarik, tapi ada suasana yang berbeda begitu kami masuk ke dalam. Dinding-dinding ruangan berselimutkan wallpaper dengan corak kayu berwarna cokelat tua, senada dengan lantainya yang tersusun dari papan-papan dengan warna serupa. Tidak banyak pajangan di dindingnya. Kalau kuhitung, di ruangan ini hanya terdapat enam set sofa lengkap dengan meja bundar yang terbuat dari kayu pula. Demi apa, sofanya empuk sekali dan warnanya macam-macam! Aku memilih meja dengan sofa berwarna merah, warna favoritku. Sementara temanku, yang tidak terlalu memikirkan pilihan warna, duduk manis di sofa hijau di depanku.
Well, sejak tadi, kami sudah menghabiskan waktu dengan obrolan random tentang keseharian masing-masing, masa kecil, kuliah, sampai impian-impian kami. Entah kenapa meskipun sudah lama mengenalnya, rasanya masih banyak yang belum aku tahu tentang sosok di hadapanku ini. Tiba-tiba kami terdiam agak lama. Aku menatapnya dan melihat ada perubahan pada raut mukanya.
“Kamu lagi mikirin apa?”
Dia berhenti memainkan sendok di minumannya dan menatapku, “Aku lagi punya banyak masalah.. Sampai aku sendiri bingung gimana solusinya.”
Aku mengeryitkan dahi sambil berusaha menebak masalahnya, “Soal keluarga lagi, ya?” Dia mengangguk pelan.
“Aku capek. Aku lelah. Rasanya banyak banget dan nggak pernah berakhir. Saking banyaknya, aku memilih buat memendam semua masalah itu. Lama-kelamaan, jadilah bukit yang terjal dan tinggi. Aku nggak tau itu harus diapain,” dia berbicara dengan nada sendu.
Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu, “Aku sempet denger dari temen-temen kalau kamu jarang pulang ke rumah lagi, ya?”
“Iya,” jawabnya singkat. Setelah hening beberapa saat, dia manambahkan, “Aku ingin kehidupanku yang dulu. Bukan yang seperti sekarang ini. Apa yang terjadi sekarang membuat berat pikiranku dan malas untuk berada di rumah.”
Kami terdiam lagi.
“Hei.. sekarang coba deh, kamu inget-inget lagi ini udah ke berapa kalinya kamu kayak gini?” kataku memecah keheningan, “mungkin nggak terhitung lagi.”
“Kamu nggak merasakan apa yang aku rasakan!” nada suaranya kali ini agak meninggi.
“Iya. Maaf, aku memang nggak merasakan apa yang kamu rasakan. Tapi mendengar cerita dan keluh-kesahmu tentang hal yang sama berulangkali membuatku cukup mengerti gimana perasaanmu.”
“Aku selalu percaya kalau setiap orang udah “dijatah” masalah sama Tuhan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Itu cara Dia membentuk kita dan Dia yakin kita bakal mampu melewatinya. Kamu percaya hal yang sama juga, nggak?”
“Aku nggak pernah mikirin begituan,” jawabnya tak acuh.
“Hmm..” sejenak aku menghela nafas. “Oh ya, kamu inget nggak, aku pernah nanyain arti nama kamu? Wirayuda. Kok sekarang aku penasaran lagi ya.. Kasih tau lagi dong artinya..”
“Aneh banget tiba-tiba nanyain itu,” dia menatapku penuh selidik.
“Ya udah, sih, jelasin aja,” paksaku.
“Hmm.. Wirayuda ya. Wira itu artinya gagah berani, pejuang, ya pokoknya laki-laki pemberani gitulah. Yuda (Yudha) itu mengingatkan masa perang.”
Aku tersenyum. “Nah, sekarang kamu malah senyam-senyum sendiri,” katanya.
“Kamu sadar nggak sih, orangtuamu nyelipin doa yang baik di namamu? Wirayuda.”
“Mereka pasti punya harapan kelak kamu jadi laki-laki yang kuat dan pemberani ketika berperang menghadapi masa-masa sulit!” lanjutku.
Sosok di hadapanku terdiam. Sesaat kemudian, aku melihat raut muka haru di wajahnya.
See? Nggak ada sesuatu yang kebetulan. Semua udah diatur sama Yang di atas sana. Come on.. lari dari masalah nggak akan membuat masalah itu lantas pergi. Lari dari masalah itu pilihan buat mereka yang menolak untuk berkembang. Dan pasti mereka bukan pemberani. Kamu tau kan, sekarang harus ngapain?”
“Jadi begitu maksudmu. Aku harusnya berhenti berlari dan mulai menghadapi masalahku?” tanyanya ragu. Aku menganggukkan kepalaku.
“Kamu jago ya, kalo ngomong kayak gini. Ckckck.. Sebenarnya aku nggak yakin bisa mengamalkan titipan nama yang diberikan orangtuaku. Semuanya udah terlanjur memburuk. Aku …..”




(belum selesai)

Sunday 4 June 2017

Sejarah
















Ki ta   i ni   a da lah

               po to ngan   -   po to ngan

     S  E  J  A  R  A  H

 yang   ber u lang

                              u lang

                              u lang

                              u lang

                            pu lang .

Saturday 27 May 2017

Membuat SIM C Baru di SATPAS Yogyakarta

Lokasi pembuatan SIM:


Berkas-berkas yang diperlukan untuk mendaftar ujian SIM C Baru:
  1. KTP asli
  2. Fotocopy KTP (2x)
  3. Surat Keterangan Sehat asli*
  4. Fotocopy Surat Keterangan Sehat (1x)

Syarat-syarat tersebut dimasukkan ke dalam map berwarna kuning.

* Dokter yang direkomendasikan Polres untuk melakukan pemeriksaan kesehatan adalah dr. Fitri Sukmawati. Tempat prakteknya tidak jauh dari Satpas.
  • Jadwal praktek dokter:
    • Senin-Kamis pukul 8.00-12.00 WIB
    • Jumat-Sabtu pukul 8.00-10.00 WIB
  • Syarat pendaftaran periksa, mengumpulkan:
    • SIM baru: KTP asli
    • SIM perpanjang: KTP dan SIM asli
    • SIM hilang: KTP/ surat keterangan hilang
  • Biaya tes kesehatan:  Rp25.000,-
Pendaftaran
  1. Menyerahkan berkas-berkas ke bagian pendaftaran
  2. Mengisi formulir pendaftaran
  3. Mengembalikan formulir ke bagian pendaftaran
  4. Mendapat nomor antrian foto
  5. Menunggu giliran foto di bagian foto
  6. Ke ruangan ujian teori
  7. Mengisi daftar presensi ujian teori
  8. Ujian teori (maksimal 30 menit). Pulpen disediakan di sana. Ingat ya, tidak boleh mencoba untuk menyontek, baik dari pemohon lain maupun dari handphone! Jadi, sebelum ujian mending dipersiapkan dulu baik-baik. Ada banyak banget contoh-contoh soal ujian teori SIM di internet :) Untuk bisa lanjut ke ujian praktek, pemohon harus menjawab minimal 21 soal dengan benar.
  9. Kalau BELUM LULUS ujian teori, akan diminta untuk mengulang ujian teori minggu depan
  10. Kalau sudah LULUS ujian teori, bisa daftar untuk ujian praktek (ke bagian pendaftaran ujian praktek)
  11. Untuk mendaftar ujian praktek, cukup menyerahkan secarik kertas yang diberikan oleh penguji ujian teori
  12. Mengisi formulir ujian praktek
  13. Mengembalikan formulir ke petugas
  14. Mengisi presensi ujian praktek. Ada 2 buku presensi, yakni untuk pemohon baru dan pemohon yang ujian ulang
  15. Menunggu ujian praktek dimulai. Akan ada 5 item ujian untuk dilalui, yakni (a) uji pengereman; (b) ujian zig-zag; (c) uji reaksi rem menghindar; (d) uji berbalik arah/U-turn; dan (e) uji membentuk angka delapan. Pemohon diberikan 2x kesempatan di tiap item.
    1. Kalau BELUM LULUS ujian praktek, akan diminta untuk mengulang ujian praktek minggu depan
    2. Kalau sudah LULUS ujian praktek, bisa langsung ke bagian pencetakan SIM (di sebelah bagian foto). Nanti akan diberi slip pembayaran SIM.
    3. Membayar biaya administrasi SIM C Baru sebesar Rp100.000,- di Teller Bank BRI (sebelah bagian pendaftaran)
    4. Menyerahkan slip pembayaran ke bagian pencetakan SIM dan menunggu SIM dicetak
    5. SIM pun jadi!
    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah setiap pemohon diberikan kesempatan 3x untuk melakukan ujian praktek. Jika gagal sampai 3x, maka pemohon harus mengulangi prosedur permohonan dari awal: menyerahkan berkas-berkas ke bagian pendaftaran, foto, dst...

    Well, semoga berhasil, ya! Kuncinya cuma mau terus belajar, memperhatikan instruksi dari petugas penguji, dan percaya diri! :)

    Friday 26 May 2017

    Membuat SIM C: Gampang-Gampang Susah

    Hai! Kali ini aku akan ceritain pengalamanku membuat SIM C alias SIM untuk pengendara sepeda motor. Sebenernya aku udah punya SIM C. Cuman... ternyata masa berlaku SIMnya sudah habis sejak setahun yang lalu. Aku udah tau sejak tahun lalu hanya saja belum 'kepengen' ngurusin yang baru. Alhasil baru bulan kemarin aku urus.

    Jadi, SIM apapun yang telat diperpanjang satu hari saja harus membuat SIM baru, bukan memperpanjang. Kalo nggak salah, sebelumnya sempat diberi waktu toleransi maksimal 1 tahun untuk memperpanjang SIM yang mati, kemudian jadi 3 bulan, sekarang telat sehari saja harus membuat yang baru. Pemohon harus melewati ujian tertulis dan praktek pembuatan SIM lagi. Nah, aku bakal ceritain apa yang aku alami selama pembuatan SIM C-ku ini.

    PENDAFTARAN
    Karena aku sudah lulus kuliah dan sedang dalam tahap bermain sambil nyari kerjaan, aku merasa udah harus ngurus SIM, nih, mumpung masih di Jogja dan punya cukup waktu buat ngurusnya. Aku pun segera ke Polres Jogja, tempat aku 6 tahun lalu ngurus SIM. Ketika sampai di sana, seorang tukang parkir menginformasikan kalau ternyata tempat untuk mengurus SIM sudah pindah, yakni di Gedung Satpas, belakang asrama polisi di daerah Sentra Bakpia Pathuk. Parkirnya di dekat lapangan tempat ujian praktek SIM. Karena aku belum tahu syarat-syaratnya apa saja, aku coba tanya ke mbak-mbak di tempat ujian praktek. Katanya, cek kesehatan dulu di dokter depan Masjid, tidak jauh dari situ. Kemudian fotokopi KTP 2x dan bawa KTP asli, letakkan di map berwarna kuning.

    Aku jalan kaki mencari dokter yang dimaksud. Sampai di tempat praktek, ternyata sudah banyak orang yang duduk mengantri. Aku ngumpulin KTP di keranjang di meja jaga. Aku nunggu namaku dipanggil untuk dapat nomor antrian dan dicek tekanan darahnya. Di sini, kita juga membayar biaya cek kesehatan sebesar Rp25.000,-. Setelah itu aku menunggu nomor antrianku dipanggil untuk diperiksa di dalam.

    Sunday 22 January 2017

    Menabung Rindu, Menabung Cerita

    Hai! Selamat Natal 2016 dan tahun baru 2017! Aku baru nulis lagi, nih, jadi baru ngucapin. Well, semoga tahun ini masih cukup rajin nulis-nulis, yaa.. Amin.

    Pagi tadi ada acara pelepasan teman-teman calon anggota dan anggota Mapasadha untuk mengikuti orientasi ke Gunung Ungaran. Dan... seperti tahun-tahun sebelumnya, a sweet guy yang bernama Kocor ikutan pergi (waahh.. aku ditinggal lagi hiks).

    Ada satu hal yang bagiku cukup menarik. Setiap masku satu ini pergi jauh untuk beberapa hari untuk mengerjakan sesuatu, ada mekanisme dalam diriku yang langsung bekerja: cepat-cepat bikin rencana aku mau ngapain selama dia pergi. Iya, jadi kayak "aku nggak mau kalah produktif dari dia". Kalo dia pergi jauh mengerjakan sesuatu, aku juga harus melakukan sesuatu yang bermanfaat selama dia pergi. Hahaha.. asik, kan? Iya. Aku baru sadar kalau aku jadi kayak gitu. Bagiku ini adalah hal positif yang menyenangkan. Aku pikir ketika dia pulang nanti, kita jadi punya cerita masing-masing untuk dibagikan, selain rindu menggebu yang menunggu untuk dituntaskan tentunya. Hehehe..

    Terima kasih, ya, mas. Aku senang kalau dengan berjalan berdampingan denganmu kita jadi bisa bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik :) Nabung rindu jadi asik kalau rindunya ke kamuh! Eyaaaa.. hahaha.. Ehm, sama ini, sih... ah, nggak jadi :p Hahaha..

    Btw, your sun heals! Yeah, that sun! ;)
    xoxo (already miss you)

    Unyu
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...