Wednesday 8 July 2009

Selamat Jalan MICHAEL JACKSON...




Yuhuu.. Posting lagi.. posting lagi..


Before that gue cuma mo bilang kata-kata yang ditulis disini berdasarkan PENGLIHATAN dan PENDENGARAN asli dari kuping ini. Jadi, untuk memperkecil kesalahan yang gue buat harus nengok dulu di Uncle Google dan salah satu media elektronik.

Prosesi pemakaman Michael Joseph Jackson dihadiri sekitar 20.000 orang di dalam gedung Staples Center dan ribuan fans-nya yang berada di luar gedung dapat menyaksikan prosesi tersebut di sebuah layar besar. Para fans Jacko mendapat kesempatan menonton acara tersebut di dalam gedung setelah memenangkan satu dari 11.000 tiket yang dibagikan.

Dini hari pukul 00.10 (pukul 10.10 waktu LA) acara prosesi menjelang pemakaman Michael Jackson dimulai. Peti mati perunggu asli dilapisi emas 14 karat yang membawa jenazah sang legendaris tersebut dibawa beberapa orang dan diletakkan di depan podium diiringi nyanyian yang dibawakan paduan suara (yang gue denger cuma kata Alleluya).

Lalu Smith membacakan sambutan Diana Ross, “Michael adalah orang tercintaku, dia bagian dari hidupku yang sangat berharga.” Dilanjutkan suara merdu Mariah Carey menyanyikan lagu ‘I’ll Be There’. Kata-katanya sedikit diubah. Mariah Carey mengakhiri lagu tersebut dengan berkata perlahan, “Thanks Jesus and…. God bless You,” sambil menunjuk ke atas.

Lalu Queen Latif maju ke atas podium dan bercerita sedikit tentang Michael, “Michael membuat saya percaya bahwa saya manusia.” Lalu Lionel Richie bernyanyi.

Gerry Gordy mendapatkan kesempatan memberikan sambutan setelah Lionel bernyanyi. Gerry merupakan Motown Founder yang juga berpengaruh di kehidupan Michael. Setelah itu slide show MJ diputar di layar besar di belakang podium. Dilanjutkan nyanyian Stevie Wonder diiringi permainan pianonya.

Kobe Bryant dan Magic Johnson naik ke atas podium dan mulai bercerita mengenai Jacko. Kobe berkata, “Michael Jackson will be with us forever.” Kemudian Jennifer Hudson bernyanyi.

Al Sharpton berkata, “Michael selalu peduli lingkungan sekitarnya. Dia kalau bikin lagu pasti mengena.” Lalu John Meyer bermain gitar. Sepertinya mau bernyanyi tapi nampaknya tidak jadi.

Brooke Shield yang merupakan sahabat dan sempat menjadi kekasih King of Pop tersebut naik ke atas podium. Dan dia mulai bercerita mengenai Michael sambil menahan air mata. Mereka sudah saling kenal sejak umur 13 tahun dan semua tumbuh secara alami. Michael adalah sosok yang jujur dan sangat tulus. Senyuman Michael adalah senyuman paling murni yang pernah Brooke temui sepanjang hidupnya. Michael memiliki hati yang sensitif, karena hatinya itu yang Michael pakai untuk melihat dan menilai semua hal.

Brooke menceritakan lirik lagu yang paling disukai Michael dalam lagu yang berjudul ‘SMILE’:

Smile though your heart is aching
Smile even though its breaking
When there are clouds in the sky, you'll get by
If you smile through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll see the sun come shining through for you


Lalu Jermaine Jackson menyanyikan lagu tersebut. Bemice King dan seseorang di sebelahnya memberi sambutan singkat. “Rest In Peace, our brother, Michael Jackson.”

Sheila Jackson Lie, seorang senator, memberi sambutan dan sebuah penghargaan pada Michael Jackson atas semua yang sudah diberikan selama hidupnya pada lingkungan sekitar. Jackson mendirikan Heal The World Foundation. Sebagian hasil manggungnya ia sumbangkan untuk yayasan-yayasan. “Dia banyak memberi,” ungkap Sheila.

Usher bernyanyi lagu berjudul ‘Gone Too Soon’. Pada akhir lagunya ia bernyanyi sambil menahan tangis, turun dari podium dan menghampiri peti Michael, “Michael, you gone too soon!” Dan mata gue pun berkaca-kaca. Rasanya pengen nangis. Hiks..

Lalu seseorang naik ke atas podium. Dia juga salah seorang teman Jacko. Gue lupa namanya, pokoknya itu cowok matanya sipit. “I proud to know you in my life,” katanya.

Acara pun diakhiri dengan nyanyian ‘We are the World’ dan ‘Heal the World’. Pengisi acara, sahabat dan keluarga Michael berkumpul di atas podium bernyanyi bersama-sama.

Lalu untuk terakhir kalinya, keluarga Jackson yang diwakili Marlon Jackson memberi sepatah dua patah kata, “Dia adalah seseorang bersuara malaikat. Kini ia berada di dekat Penciptanya, menunggu kami menyusulnya.” Terlihat salah satu dari saudara Michael menangis.

Paris, anak kedua dari Michael Jackson diberi kesempatan berbicara. “Saya hanya mau bilang semenjak saya lahir, dia (Michael) adalah ayah terbaik yang bisa ku bayangkan. Saya hanya mau bilang bahwa saya sangat mencintaimu, Yah,” katanya sambil terisak. Sumpah! Ini bagian penutup yang paling mengharukan. Air mata gue nggak bisa dibendung lagi. Lalu mereka turun podium. Peti Michael dibawa keluar. Acara selesai sekitar jam setengah tiga dini hari.

Gue sempat melihat peti Michael dibawa ke lokasi pemakaman. Tapi karena udah setengah jam nggak jelas udah nyampe apa belum, akhirnya gue tinggal tidur. Udah jam empat, bro!

Yaah, kabar meninggalnya Michael Joseph Jackson, sang legendaris memang mengagetkan jutaan fans-nya di seluruh dunia. Gue yang hanya sekedar tahu nama Michael Jackson seolah terhipnotis jadi pengen tau siapa sih dia? Pokoknya tiba-tiba nge-fans berat sama dia.

Hmm.. Selamat jalan Michael... God Bless You...


Friday 3 July 2009

Masuk SMA

Kemarin rabu 24 Juni 2009, gue mendatangi ‘calon sekolah’ gue bersama Risa, my classmate. Kami berangkat dengan wajah sumringah menuju bangunan yang usianya cukup tua dengan masjid yang terletak tepat di depan pintu masuk bangunan tersebut. Jalanan penuh dengan asap kendaraan orang tua yang mengantarkan anaknya mengikuti tes uji tulis yang diselenggarakan sekolah tersebut. Akhirnya kami sampai di depan gerbang dengan palang besar di atasnya bertuliskan Sekolah Menengah Farmasi ‘Indonesia’.

“Ayo, cepat-cepat waktunya tinggal 5 menit lagi!” teriak salah seorang guru yang menyemangati para peserta agar tidak membuang-buang waktu.

Akhirnya sampai di tempat pelaksanaan tes. Sebuah aula dimana sejauh mata memandang yang terlihat hanya kursi lipat. Sekilas gue lihat di depan sana ada meja-meja bertaplak merah tempat para panitia duduk. Begitu masuk area ‘panas’ tersebut, gue disambut dengan pertanyaan mbak-mbak, “nomor ujiannya berapa, dik?”

“Hah??” dengan keadaan setengah kaget gue mikir, nomor ujian gue berapa ya? Oh ya, “169, mbak.”

“Mari ikut saya,” kata mbak itu dengan gaya seorang pelayan yang akan menunjukan tempat dimana tamunya akan istirahat tersebut. Ya udah gue ikutin aja tuh mbak. Dan pergi meninggalkan Risa yang kelihatannya juga disamperin mbak-mbak yang laen.

Sampai di tempat dimana seharusnya gue duduk, ada penghuni lain yang sudah lebih dulu menempati kursi ‘panas’ gue itu! Ya ampun bisa-bisanya itu orang duduk di kursi gue.

“Dik, yakin nomornya 169?” tanya mbak itu.

“Yakin kok, mbak. Nggak mungkin salah,” jawab gue sambil celingukan mencari kartu peserta ujian di dalam tas. Akhirnya mbak itu manggil salah seorang gurunya. Gue nggak tau apa yang diomongin gara-gara mendadak panik. Gue nggak punya alas buat ngerjain! Tanpa babibu gue lari samperin salah seorang penjual alas sambil mikir berapa kocek yang bakal gue keluarin. Habis gue cuma bawa sepuluh ribu. Sebenarnya sepanjang perjalanan banyak yang nawarin, tapi berhubung gue nggak mau keluarin duit sepeser pun, ya sudah nggak dibeli.

“Berapa harganya, bu?” tanya gue pada seorang ibu yang sibuk mencari pembeli.

“Ini, sepuluh ribu,” sambil menyodorkan barang yang gue maksud. Ya ampun, pas bener ya. Ckckck.. Jadilah gue ambil barang yang disodorkan tadi dengan muka nggak rela.

Tiba-tiba dateng mas-mas yang bilang ke gue, “Dik, nggak usah beli alas. Nanti disediain kok.”

“HA!? Aduh kenapa nggak bilang dari tadi, mas!! Uuuhh!” Kata gue dalam hati. Ya udah gue samperin lagi ibu tadi dan berkata, “Bu, nggak jadi beli deh,” dengan nada tergesa-gesa. Gimana nggak tergesa-gesa. Lha, wong waktu yang tinggal dikit untuk menenangkan otak yang belum apa-apa udah tegang ini malah dipake bolak-balik untuk urusan ‘nggak penting’! Akhirnya Ibu tadi mengambil uang yang udah dimasukin ke dalam tasnya dan dengan muka kecewa sekaligus bingung mengembalikan uang tersebut kepada sang empunya. Dengan muka innocent gue meninggalkan Ibu itu.

Ternyata para penjual tadi berusaha menipu pembeli yang notabene tidak tahu-menahu kalau ternyata disediakan alas bagi peserta yang kebetulan tidak membawa atau nggak punya, kayak gue ini.

Sampai di tempat perkara kursi tadi, gue lihat si mbak-mbak celingukan nyari pesertanya yang tiba-tiba ilang ini. Aduh kasian banget. “Dik, mari duduk,” kata mbak itu menyambut kedatangan gue dengan tampang lega.



Akhirnya gue bisa duduk juga. Huh, saatnya mengatur nafas setelah sibuk berlari-lari kecil mengurus hal yang tak penting. Nah, ternyata ada salah seorang guru yang merhatiin kelakuan gue. Dia nyamperin gue lalu berkata, “Yang tenang ya, dik. Nggak usah tergesa-gesa.” Duh, nih Bapak, siapa juga yang pengin tergesa-gesa. Kalau bukan gara-gara tadi berangkat jam setengah delapan, lupa bawa alas, dan tragedi kursi, pasti nggak akan jadi kayak gini. Ya udah, gue cuma ngangguk dan tersenyum.

Ternyata gue ketinggalan banyak penjelasan. Peserta lain udah siap dengan lembar soal dan lembar jawaban dengan identitas terisi semua. Sementara gue yang baru dateng kebingungan, kok nggak dikasih lembarannya, ya? Akhirnya datang juga tuh lembaran penting via ibu guru berjilbab orange, kalo nggak salah. “Ini nanti diisi nama, nomor peserta, sekolah yang dituju SMF Indonesia, tanggal tes, dan tanda tangan.”

“Iya, Bu,” jawab gue sekenanya.

Akhirnya bel tanda mulai mengerjakan soal pun berbunyi. Semua peserta diminta mengecek lembar soal. Jika ada lembar yang kurang atau cetakan kurang jelas diminta melaporkannya pada guru terdekat.

Well, mulailah gue mengerjakan soal tersebut. Terlalu panjang kalau diceritain bagaimana proses mengerjakannya. Intinya semua soalnya berjumlah seratus dengan rincian Matematika, IPA, Bahasa Inggris masing-masing 30 nomor. Sisanya, 10 nomor, untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Gue ngerasa kayak ngerjain soal TO biasa. Cuma yang ini materinya lebih luas lagi. Dan lumayan sulit untuk otak gue yang rada telmi ini.

Waktu 3 jam berlalu begitu cepat. Tau-tau udah bunyi aja bel pertanda kita harus menghentikan kegiatan tulis-menulis. Berbekal ilmu sejak SD, gue lancarkan aji-ajian favorit gue, Jurus Ngawuria, yang udah lumayan beken namanya dikalangan pelajar telmi seperti gue ini. Sambil berdoa dalam hati supaya pengawuran yang gue lakukan sukses.

Waktunya mencari Risa. Jangan-jangan ditinggal. Nggak mungkin! Akhirnya ketemu juga. Dia lagi berdiri di depan masjid sambil menatap layar HP-nya. Mungkin siap-siap menelpon temennya yang nggak muncul-muncul dari tadi. Emang sih, gue tadi duduk-duduk dulu di dalam sambil nunggu peserta lain keluar.

Setelah menunggu sampai jalanan agak sepi, berangkatlah kita di tengah teriknya matahari. Finally sampe juga di rumah dengan selamat.



Hari jumat dateng juga. Kali ini gue ditemenin bokap buat ngeliat siapa-siapa aja yang lulus tes tertulis. Jreeng.. jereengg.. jreenggjreengg... Gue nggak lulus. Kecewa? Boleh dibilang iya. Meskipun nggak seratus persen. Lha, aku masuk SMF bukan seratus persen keinginanku, melainkan keinginannya bonyok. Gue nyoba aja, siapa tau lulus bisa nyenengin Dady. Iming-iming hp baru lumayan membakar semangat gue. Tapi kayaknya Tuhan punya rencana laen buat anakNya ini. Say good bye buat Nokia 3600c..

Dalam perjalanan pulang gue liat muka Dady yang kayaknya juga kecewa. Secara kayaknya semua udah direncanakan dan dikonsentrasikan supaya kelak gue ngikutin jejaknya Dady. Tapi buktinya? “Kamu nggak lulus gara-gara administrasinya kurang lengkap doank,” kata Dady. Yah, mungkin bener, mungkin juga itu untuk membesarkan hati gue. “Ntar malem kita ke warnet. Jangan lupa bawa flshdisk buat ngopy formulir beasiswanya.” Perlu diketahui, ini merupakan planing kedua setelah mendaftar di SMF. Ikut program beasiswa.

Yah, kita liat aja besok. Sekarang lagi bingung mikirin mau masuk SMA mana. Gue nggak tau SMA di Jogja. Let it flow aja deh...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...