Hai! Kali ini aku akan ceritain pengalamanku membuat SIM C alias SIM untuk pengendara sepeda motor. Sebenernya aku udah punya SIM C. Cuman... ternyata masa berlaku SIMnya sudah habis sejak setahun yang lalu. Aku udah tau sejak tahun lalu hanya saja belum 'kepengen' ngurusin yang baru. Alhasil baru bulan kemarin aku urus.
Jadi, SIM apapun yang telat diperpanjang satu hari saja harus membuat SIM baru, bukan memperpanjang. Kalo nggak salah, sebelumnya sempat diberi waktu toleransi maksimal 1 tahun untuk memperpanjang SIM yang mati, kemudian jadi 3 bulan, sekarang telat sehari saja harus membuat yang baru. Pemohon harus melewati ujian tertulis dan praktek pembuatan SIM lagi. Nah, aku bakal ceritain apa yang aku alami selama pembuatan SIM C-ku ini.
PENDAFTARAN
Karena aku sudah lulus kuliah dan sedang dalam tahapbermain sambil nyari kerjaan, aku merasa udah harus ngurus SIM, nih, mumpung masih di Jogja dan punya cukup waktu buat ngurusnya. Aku pun segera ke Polres Jogja, tempat aku 6 tahun lalu ngurus SIM. Ketika sampai di sana, seorang tukang parkir menginformasikan kalau ternyata tempat untuk mengurus SIM sudah pindah, yakni di Gedung Satpas, belakang asrama polisi di daerah Sentra Bakpia Pathuk. Parkirnya di dekat lapangan tempat ujian praktek SIM. Karena aku belum tahu syarat-syaratnya apa saja, aku coba tanya ke mbak-mbak di tempat ujian praktek. Katanya, cek kesehatan dulu di dokter depan Masjid, tidak jauh dari situ. Kemudian fotokopi KTP 2x dan bawa KTP asli, letakkan di map berwarna kuning.
Karena aku sudah lulus kuliah dan sedang dalam tahap
Aku jalan kaki mencari dokter yang dimaksud. Sampai di tempat praktek, ternyata sudah banyak orang yang duduk mengantri. Aku ngumpulin KTP di keranjang di meja jaga. Aku nunggu namaku dipanggil untuk dapat nomor antrian dan dicek tekanan darahnya. Di sini, kita juga membayar biaya cek kesehatan sebesar Rp25.000,-. Setelah itu aku menunggu nomor antrianku dipanggil untuk diperiksa di dalam.
Setelah selesai pemeriksaan, aku bergegas menuju tempat fotokopi untuk meng-copy surat keterangan sehat dan membeli map warna kuning. Karena map warna kuningnya habis, aku diberi map berwarna biru. Kata masnya nggak papa. Setelah itu aku masuk ke gedung Satpas, menghampiri bagian pendaftaran untuk menyerahkan map dan syarat-syarat pendaftaran SIM baru yang sudah aku siapkan. Petugasnya kemudian memberikan formulir data diri untuk diisi. Setelah itu, formulir diserahkan kembali ke petugas pendaftaran. Aku diberikan nomor antrian untuk foto. FYI, 6 tahun lalu, ketika aku mengurus SIM, foto dilakukan setelah kita lulus ujian teori dan praktek. So, ada perubahan lagi di bagian ini.
Nah, tempat mengantri foto ada di dalam (belok kiri dari bagian pendaftaran). Selesai berfoto, aku diminta untuk scan 4 jari tangan kanan, 4 jari tangan kiri, dan jempol kanan-kiri bersamaan. Setelah selesai, petugas foto akan memeriksa informasi yang sudah aku tuliskan di formulir pendaftaran tadi. Kalau sudah benar, aku diminta untuk membubuhkan tanda tangan.
UJIAN TEORI
Selesai foto, aku disuruh masuk ke ruang ujian teori SIM. Aku diminta untuk presensi dulu di buku yang sudah disiapkan. Setelah itu, aku diberi soal ujian teori SIM C dan lembar jawab. Pulpen untuk menulis juga disediakan di sana. Soalnya ada 30 nomor dan pemohon dinyatakan lulus apabila menjawab minimal 21 soal dengan benar. Karena aku tidak mempersiapkan ini sebelumnya, banyak soal yang nggak bisa aku jawab. Sedih, Saat itu aku hanya berhasil menjawab 18 soal dengan benar. Artinya, aku belum lulus dan harus mengulang lagi minggu depan.
Perjuanganku hari itu hanya sampai di ruang ujian teori.
Sebelum menghadapi ujian ulang, aku mencari bahan-bahan contoh soal ujian SIM C di internet. Ada banyak sekali. Aku juga mencari tahu tentang rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, sampai urutan prioritas pengguna jalan di persimpangan. Berbekal ilmu yang aku dapatkan dalam waktu singkat, aku berhasil melalui ujian teori minggu selanjutnya dengan skor 25. Hehehe.. Aku bisa melanjutkan dengan ujian praktek di hari berikutnya.
UJIAN PRAKTEK
Keesokan harinya (hari Jumat)..
Aku datang dengan bersemangat membawa kertas tanda lulus ujian teori ke bagian pendaftaran ujian praktek. Petugas di ruang ujian praktek mengatakan kalau ujian untuk pemohon SIM C akan dimulai setelah jam 10 (setelah ujian SIM A). Setelah menyerahkan kertas ujian teori ke bagian pendaftaran, aku diberi formulir untuk diisi. Form tersebut dikumpulkan kembali. Kemudian aku diminta untuk menulis di buku presensi pemohon baru. Setelah itu aku dipersilahkan menunggu di ruang tunggu.
Begitu ujian SIM A selesai, patok-patok untuk ujian SIM C mulai dipasang. Petugas penguji kemudian meminta kami untuk berkumpul di lapangan. Petugasnya ada 2 orang. Mereka menjelaskan item-item yang akan diujikan. Ada 5 buah item. Item 1 adalah uji pengereman, item 2 adalah ujian slalom/zig-zag, item 3 adalah uji reaksi rem menghindar, item 4 adalah uji berbalik arah membentuk huruf U, dan item 5 adalah uji membentuk angka delapan sebanyak 3x. Setelah dijelaskan, mereka mencontohkan dengan mengendarai sepeda motor. Pemohon memiliki kesempatan sebanyak 2x di tiap item. Kalau berhasil di satu item, pemohon boleh melanjutkan ke item selanjutnya. Sebaliknya kalau sudah gagal sebanyak 2x di satu item, pemohon tidak dapat melanjutkan ke item berikutnya. Biasanya penguji memberi kode "ya, istirahat dulu pak/bu" yang jika diterjemahkan artinya kembali lagi minggu depan. Menantang sekali, bukan? Hehehe..
Pemohon pertama waktu itu adalah seorang perempuan dengan motor yang sama persis dengan yang aku kendarai. Oh ya, untuk motor sendiri, syaratnya adalah produksi/keluaran 5 tahun terakhir. Kalau motor yang dibawa usianya sudah lebih dari 5 tahun, pemohon akan diminta untuk memakai motor yang sudah disediakan oleh petugas. Tenang saja karena motornya ada yang bebek dan matic. Kembali lagi ke perempuan tadi. Beliau berhasil melewati item demi item dengan lancar. Hal itu membuat aku semakin bersemangat dan optimis bakal berhasil melalui ujian praktek ini. Setidaknya aku berhasil menanamkan ke diri aku kalau motor yang aku gunakan pasti bisa melewati item-item yang ada.
Setelah habis giliran pemohon-pemohon yang mengulang ujian praktek, pemohon baru mulai dipanggil untuk menyiapkan motornya, termasuk aku. Sejak pemohon pertama tadi yang lulus ujian, belum ada lagi pemohon lain yang lulus. Aku jadi agak takut, jangan-jangan aku tidak akan lulus. Akhirnya giliranku tiba. Pada item pertama aku sempat gagal sekali karena masih ragu-ragu. Item kedua kulalui dengan lancar. Item ketiga bisa kuatasi. Item keempat? Aku gagal 2x. Artinya aku harus pulang "istirahat". Di item ini, aku gagal karena menjatuhkan patok. Penguji kemudian memberikan aku map untuk dikembalikan ke bagian pendaftaran. Setelah itu petugas pendaftaran memberikan aku secarik kertas bertuliskan Tidak Lulus. Aku diperkenankan untuk kembali melakukan ujian praktek minggu depan.
Agak jengkel juga sih, waktu itu. Kok bisa nggak berhasil tuh, lho?! Setelah kegagalan itu, aku melihat-lihat video ujian praktek SIM C di Youtube. Minggu berikutnya aku kembali mencoba peruntunganku. Seperti minggu lalu, item pertama sampai ketiga berhasil kulalui. Ketika tiba di item keempat, aku coba mempraktekkan apa yang aku lihat di video. Hasilnya? Aku gagal untuk kedua kalinya. Jika sebelumnya jarak antara motorku dengan patok di tengah sangat dekat sehingga patoknya tersenggol dan jatuh, kali ini aku sudah mengambil beloknya dari pinggir kiri, which is jauh dari patok di tengah. Patok yang di tengah memang nggak jatuh, tapi patok batas garis di sebelah kanan kena bagian depan motorku sehingga jatuh. Aku belum berhasil membelokkan motorku. Aku harus kembali lagi 2 minggu depan. Akan tetapi, petugasnya mengatakan aku sudah bisa kembali minggu depan. Jujur aku senang karena nggak perlu buang waktu banyak.
Minggu depan aku kembali lagi. Ini sudah minggu ketiga! Percobaan praktek ketiga! Wah.. udah sangat geregetan karena nggak lulus-lulus. Lebih geregetan lagi karena udah ditanya-tanyain mulu sama bos besar, "Kok nggak lulus-lulus?? Coba cari SIM massal aja." Rrrrr... aku sudah berjanji sama diriku sendiri nggak mau pakai jasa-jasa apalah itu. BIG NO! Wong orang lain aja bisa lulus tanpa 'nembak', mosok aku nggak bisa? Mosok, sih, aku tega meragukan diriku sendiri? Membatasi diriku sendiri tanpa memberinya kesempatan untuk terus mencoba, berusaha, pantang menyerah? Haa.. option itu nggak ada di dalam kamusku. Lagipula, melihat jumlah peserta ujian yang cukup banyak membuat aku merasa punya "temen seperjuangan". Jadi, aku tetap lanjut di jalur ini. No doubt.
Ujian praktek ketiga sama seperti dua ujian sebelumnya, di mana aku gagal di item keempat. Ya ampun.. iki piye njukan? Emang, sih, sudah lebih baik lagi dari pada minggu sebelumnya. Minggu ini aku hanya ragu akan menabrak patok di depanku saat berbelok. Akibatnya, aku menurunkan kakiku duluan sebelum menyelesaikan belokan. Gemes maksimal! Sama diriku sendiri. Yang bikin patah hati adalah aku harus mengulang lagi dari awal: pendaftaran. Mengapa? Karena aku sudah 3 kali gagal ujian praktek. Kau harus bisa.. bisa berlapang dada.. ambil hikmahnya.. begitu kata Sheila On 7. Yawis, arep piye meneh ho to?
Minggu depannya, tepatnya hari Rabu, aku kembali ke Satpas melakukan pendaftaran, berfoto, dan melakukan ujian teori. Malam sebelumnya, aku membaca-baca kembali materi ujian SIM dan kawan-kawannya. Untunglah kali ini aku langsung lulus dengan skor 26. Karena waktunya sudah tidak memungkinkan untuk mendaftar ujian praktek, aku langsung pulang. Oh iya, sejak ujian praktek kedua, aku menyadari bahwa ujian SIM C dilakukan lebih dulu dari pada ujian SIM A. Sehingga jam 9 pagi sudah bisa memulai ujian SIM C (sebelumnya jam setengah 11 siang).
Aku kembali lagi pada hari Jumat pagi dengan sedikit grogi. Aku sudah bertekad untuk lulus pagi itu. Hari sebelumnya, aku meminta tolong mas Kocor untuk menemani aku latihan khusus uji berbalik arah. Dia membuatkanku lintasan menggunakan corong oranye yang ada di halaman parkir kampus. Kami berusaha mengatur jaraknya sesuai dengan aturan (http://ngada.org/bn279-2012lmp.htm). Dia yang mencotohkan pertama kali, lalu aku mencobanya. Awal-awal percobaan aku gagal terus. Entah yang nyenggol corong, entah yang nurunin kaki. Lama-lama..? Aku bisa juga. Ternyata kita harus melawan rasa takut jatuh, lho! :) Aku latihan sampai merasa benar-benar puas.
Tidak seperti minggu-minggu sebelumnya di mana aku terus memperhatikan item keempat ketika penguji memberikan contoh, minggu keempat ini aku lebih memperhatikan penguji di item kelima. Entahlah.. rasanya aku sudah punya firasat akan lancar melewati item keempat yang menjadi momok menakutkan itu. Di akhir penjelasan, penguji yang satunya (penguji yang biasanya menjelaskan belum datang) menyampaikan bahwa kebanyakan pemohon tergesa-gesa ingin menyelesaikan satu item. Akibatnya, mereka tidak benar-benar fokus pada item yang sedang dilalui. Akibatnya lagi, mereka jadi ragu-ragu, grogi berlebihan, dan salah-salah. Penguji yang satu ini bilang kalau sebelum mulai jalan, atur nafas dulu agar kita tenang dan tidak usah memikirkan item selanjutnya dulu. Semacam here and now gitulah. Di akhir penjelasan, he mentioned my name! "Ya, mbak Maria?" Aku agak terkejut. Nasib.. udah sampai dihapalin sama pengujinya. Isin-isin piyee gitu.. Lha, di situ kan, nggak cuma ada aku. But then I smiled.. "Iya, pak. Siap!"
Ujian hari itu cukup ramai dan didominasi oleh anak sekolah. Sebelum aku dipanggil, udah ada 3 orang yang berhasil lulus dan mereka diberikan tepuk tangan oleh pemohon yang lain. Wushh.. asik banget ujian kali ini. Atmosfernya agak beda. Giliranku pun tiba. Item satu sampai dengan tiga mulus. Seperti biasa, penguji yang tadi mention namaku berdiri di seberangku, di ujung item keempat. Sebelum aku mulai jalan, aku menenangkan diriku dan mengatur nafasku. Ketika itulah, pak polisi yang bertugas jaga parkir di belakangku tiba-tiba menyemangatiku dan memberi arahan perkara belok-membelok di ujung sana nanti. (P.s. Pak polisi tukang parkir aja sampai hapal sama aku. Hahaha..) Kami terlibat dalam percakapan singkat. Aku cerita kalau ini sudah keempat kalinya aku ujian praktek dan selalu gagal di item keempat, saat membelok di depan sana. Pak polisi bilang, pokoknya ambilnya dipepetin ke kiri aja nanti pas habis belok tinggal lurus dikit, terus belokkin lagi stangnya. Beliau bilang jangan dibelokkin full. "Pasti bisa! Yakin aja!" he added.
Akhirnya, aku beranikan diri berjalan. Aku membayangkan ada patok satu lagi pas belokan, seperti yang dibuat mas Kocor malam sebelumnya. Aku ikuti garis imajiner yang aku buat. Stangku tidak goyang-goyang (takut menabrak patok di depan) karena ternyata jarak antara patok dan bagian depan motorku cukup untuk berbelok! Pengujiku ikut bilang, "Terus.. terus.. terus..!" (Seingetku beliau nggak pernah ikut teriak-teriak gini ke pemohon lain. Biasanya cuma berdiri cool dan diam). Akhirnya aku bisa melewatinya dengan mulus, tanpa menurunkan kaki. Ini keajaiban macam apa? Kok rasanya lebih susah yang semalam dibandingkan ini? Aku menuju garis finish dengan lega. Pak polisinya masih menungguku di balik pagar. He smiled, I smiled. "Bisa to?" katanya. "Iya, pak!" jawabku senang.
Dan inilah item terakhir: angka 8. Penguji yang menemaniku di item empat tadi kembali menemaniku di item kelima. Beliau menyuruhku untuk istirahat sebentar mengatur nafas. Beliau bilang, aku harus tenang dan fokus karena ini sudah item terakhir. Kalau bisa jangan sampai gagal. Beliau mempersilahkanku untuk memulai kalau sudah benar-benar siap. Aku mulai tancap gas pelan-pelan. Beberapa kali rasanya hampir mau nabrak patok dan menurunkan kaki, tapi aku tetap mempertahankan keseimbanganku. Ketika sudah di putaran terakhir, beliau kembali mengingatkanku untuk tenang. Dan akhirnya aku berhasil mendaratkan kaki kiriku di tempat Finish! Huaaa... senangnya bukan main. Aku kebagian tepuk tangan juga! Pengujiku juga terlihat lega. "Nah, mbak Maria, habis ini ke Sendangsono ya, berdoa," katanya sambil menyerahkan mapku. "Hahaha.." aku ketawa aja.
PENCETAKAN SIM
Aku langsung menyerahkan mapku ke bagian pendaftaran ujian praktek. Aku menunggu namaku dipanggil. Bapak polisi kemudian menyerahkan kertas bertuliskan LULUS. Yeay! Aku diminta ke bagian pengambilan SIM di gedung Satpas, sebelah tempat foto. Sampai di sana, aku diminta presensi dan petugasnya kembali mengkonfirmasi data diriku. Lalu aku diberi slip pembayaran SIM. Aku disuruh membayar terlebih dahulu di loket BRI yang terletak di sebelah loket pendaftaran. Setelah itu, aku kembali ke bagian pengambilan SIM. SIMku akhirnya dicetak. Yeay! Kemudian aku mengambil motorku di parkiran dan bepamitan pada pak polisi yang berjaga. Aaahh.. minggu depan sudah tidak bertemu lagi dengan beliau-beliau ini.
Yaa.. begitulah pengalamanku membuat SIM C, gampang-gampang susah (3x ujian teori dan 4x ujian praktek!). Kalau kamu nggak punya keinginan dan komitmen yang kuat disertai usaha, pasti susah lulusnya. Hehehe.. Selesai ujian, bos besar malah nanyain kapan aku ngulang (ujian) lagi saking seringnya dapat kabar kegagalan dariku. Hahaha.. Dalam waktu satu bulan aku bolak-balik ke sana, banyaaakk banget cerita dan pelajaran yang aku dapat dalam interaksiku bersama dengan bapak-bapak polisi dan pemohon-pemohon SIM yang lain, dari anak SMA sampai eyang-eyang! Kami berbagi banyak hal, termasuk kekhawatiran sekaligus dukungan :)
Terima kasih sudah mau membaca pengalamanku yang ternyata panjang sekali kalau ditulis. Untuk petunjuk pembuatan SIM baru yang lebih ringkas akan aku posting di postingan setelah ini. Terima kasih!
Setelah selesai pemeriksaan, aku bergegas menuju tempat fotokopi untuk meng-copy surat keterangan sehat dan membeli map warna kuning. Karena map warna kuningnya habis, aku diberi map berwarna biru. Kata masnya nggak papa. Setelah itu aku masuk ke gedung Satpas, menghampiri bagian pendaftaran untuk menyerahkan map dan syarat-syarat pendaftaran SIM baru yang sudah aku siapkan. Petugasnya kemudian memberikan formulir data diri untuk diisi. Setelah itu, formulir diserahkan kembali ke petugas pendaftaran. Aku diberikan nomor antrian untuk foto. FYI, 6 tahun lalu, ketika aku mengurus SIM, foto dilakukan setelah kita lulus ujian teori dan praktek. So, ada perubahan lagi di bagian ini.
Nah, tempat mengantri foto ada di dalam (belok kiri dari bagian pendaftaran). Selesai berfoto, aku diminta untuk scan 4 jari tangan kanan, 4 jari tangan kiri, dan jempol kanan-kiri bersamaan. Setelah selesai, petugas foto akan memeriksa informasi yang sudah aku tuliskan di formulir pendaftaran tadi. Kalau sudah benar, aku diminta untuk membubuhkan tanda tangan.
UJIAN TEORI
Selesai foto, aku disuruh masuk ke ruang ujian teori SIM. Aku diminta untuk presensi dulu di buku yang sudah disiapkan. Setelah itu, aku diberi soal ujian teori SIM C dan lembar jawab. Pulpen untuk menulis juga disediakan di sana. Soalnya ada 30 nomor dan pemohon dinyatakan lulus apabila menjawab minimal 21 soal dengan benar. Karena aku tidak mempersiapkan ini sebelumnya, banyak soal yang nggak bisa aku jawab. Sedih, Saat itu aku hanya berhasil menjawab 18 soal dengan benar. Artinya, aku belum lulus dan harus mengulang lagi minggu depan.
Perjuanganku hari itu hanya sampai di ruang ujian teori.
Sebelum menghadapi ujian ulang, aku mencari bahan-bahan contoh soal ujian SIM C di internet. Ada banyak sekali. Aku juga mencari tahu tentang rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, sampai urutan prioritas pengguna jalan di persimpangan. Berbekal ilmu yang aku dapatkan dalam waktu singkat, aku berhasil melalui ujian teori minggu selanjutnya dengan skor 25. Hehehe.. Aku bisa melanjutkan dengan ujian praktek di hari berikutnya.
UJIAN PRAKTEK
Keesokan harinya (hari Jumat)..
Aku datang dengan bersemangat membawa kertas tanda lulus ujian teori ke bagian pendaftaran ujian praktek. Petugas di ruang ujian praktek mengatakan kalau ujian untuk pemohon SIM C akan dimulai setelah jam 10 (setelah ujian SIM A). Setelah menyerahkan kertas ujian teori ke bagian pendaftaran, aku diberi formulir untuk diisi. Form tersebut dikumpulkan kembali. Kemudian aku diminta untuk menulis di buku presensi pemohon baru. Setelah itu aku dipersilahkan menunggu di ruang tunggu.
Begitu ujian SIM A selesai, patok-patok untuk ujian SIM C mulai dipasang. Petugas penguji kemudian meminta kami untuk berkumpul di lapangan. Petugasnya ada 2 orang. Mereka menjelaskan item-item yang akan diujikan. Ada 5 buah item. Item 1 adalah uji pengereman, item 2 adalah ujian slalom/zig-zag, item 3 adalah uji reaksi rem menghindar, item 4 adalah uji berbalik arah membentuk huruf U, dan item 5 adalah uji membentuk angka delapan sebanyak 3x. Setelah dijelaskan, mereka mencontohkan dengan mengendarai sepeda motor. Pemohon memiliki kesempatan sebanyak 2x di tiap item. Kalau berhasil di satu item, pemohon boleh melanjutkan ke item selanjutnya. Sebaliknya kalau sudah gagal sebanyak 2x di satu item, pemohon tidak dapat melanjutkan ke item berikutnya. Biasanya penguji memberi kode "ya, istirahat dulu pak/bu" yang jika diterjemahkan artinya kembali lagi minggu depan. Menantang sekali, bukan? Hehehe..
Pemohon pertama waktu itu adalah seorang perempuan dengan motor yang sama persis dengan yang aku kendarai. Oh ya, untuk motor sendiri, syaratnya adalah produksi/keluaran 5 tahun terakhir. Kalau motor yang dibawa usianya sudah lebih dari 5 tahun, pemohon akan diminta untuk memakai motor yang sudah disediakan oleh petugas. Tenang saja karena motornya ada yang bebek dan matic. Kembali lagi ke perempuan tadi. Beliau berhasil melewati item demi item dengan lancar. Hal itu membuat aku semakin bersemangat dan optimis bakal berhasil melalui ujian praktek ini. Setidaknya aku berhasil menanamkan ke diri aku kalau motor yang aku gunakan pasti bisa melewati item-item yang ada.
Setelah habis giliran pemohon-pemohon yang mengulang ujian praktek, pemohon baru mulai dipanggil untuk menyiapkan motornya, termasuk aku. Sejak pemohon pertama tadi yang lulus ujian, belum ada lagi pemohon lain yang lulus. Aku jadi agak takut, jangan-jangan aku tidak akan lulus. Akhirnya giliranku tiba. Pada item pertama aku sempat gagal sekali karena masih ragu-ragu. Item kedua kulalui dengan lancar. Item ketiga bisa kuatasi. Item keempat? Aku gagal 2x. Artinya aku harus pulang "istirahat". Di item ini, aku gagal karena menjatuhkan patok. Penguji kemudian memberikan aku map untuk dikembalikan ke bagian pendaftaran. Setelah itu petugas pendaftaran memberikan aku secarik kertas bertuliskan Tidak Lulus. Aku diperkenankan untuk kembali melakukan ujian praktek minggu depan.
Agak jengkel juga sih, waktu itu. Kok bisa nggak berhasil tuh, lho?! Setelah kegagalan itu, aku melihat-lihat video ujian praktek SIM C di Youtube. Minggu berikutnya aku kembali mencoba peruntunganku. Seperti minggu lalu, item pertama sampai ketiga berhasil kulalui. Ketika tiba di item keempat, aku coba mempraktekkan apa yang aku lihat di video. Hasilnya? Aku gagal untuk kedua kalinya. Jika sebelumnya jarak antara motorku dengan patok di tengah sangat dekat sehingga patoknya tersenggol dan jatuh, kali ini aku sudah mengambil beloknya dari pinggir kiri, which is jauh dari patok di tengah. Patok yang di tengah memang nggak jatuh, tapi patok batas garis di sebelah kanan kena bagian depan motorku sehingga jatuh. Aku belum berhasil membelokkan motorku. Aku harus kembali lagi 2 minggu depan. Akan tetapi, petugasnya mengatakan aku sudah bisa kembali minggu depan. Jujur aku senang karena nggak perlu buang waktu banyak.
Minggu depan aku kembali lagi. Ini sudah minggu ketiga! Percobaan praktek ketiga! Wah.. udah sangat geregetan karena nggak lulus-lulus. Lebih geregetan lagi karena udah ditanya-tanyain mulu sama bos besar, "Kok nggak lulus-lulus?? Coba cari SIM massal aja." Rrrrr... aku sudah berjanji sama diriku sendiri nggak mau pakai jasa-jasa apalah itu. BIG NO! Wong orang lain aja bisa lulus tanpa 'nembak', mosok aku nggak bisa? Mosok, sih, aku tega meragukan diriku sendiri? Membatasi diriku sendiri tanpa memberinya kesempatan untuk terus mencoba, berusaha, pantang menyerah? Haa.. option itu nggak ada di dalam kamusku. Lagipula, melihat jumlah peserta ujian yang cukup banyak membuat aku merasa punya "temen seperjuangan". Jadi, aku tetap lanjut di jalur ini. No doubt.
Ujian praktek ketiga sama seperti dua ujian sebelumnya, di mana aku gagal di item keempat. Ya ampun.. iki piye njukan? Emang, sih, sudah lebih baik lagi dari pada minggu sebelumnya. Minggu ini aku hanya ragu akan menabrak patok di depanku saat berbelok. Akibatnya, aku menurunkan kakiku duluan sebelum menyelesaikan belokan. Gemes maksimal! Sama diriku sendiri. Yang bikin patah hati adalah aku harus mengulang lagi dari awal: pendaftaran. Mengapa? Karena aku sudah 3 kali gagal ujian praktek. Kau harus bisa.. bisa berlapang dada.. ambil hikmahnya.. begitu kata Sheila On 7. Yawis, arep piye meneh ho to?
Minggu depannya, tepatnya hari Rabu, aku kembali ke Satpas melakukan pendaftaran, berfoto, dan melakukan ujian teori. Malam sebelumnya, aku membaca-baca kembali materi ujian SIM dan kawan-kawannya. Untunglah kali ini aku langsung lulus dengan skor 26. Karena waktunya sudah tidak memungkinkan untuk mendaftar ujian praktek, aku langsung pulang. Oh iya, sejak ujian praktek kedua, aku menyadari bahwa ujian SIM C dilakukan lebih dulu dari pada ujian SIM A. Sehingga jam 9 pagi sudah bisa memulai ujian SIM C (sebelumnya jam setengah 11 siang).
Aku kembali lagi pada hari Jumat pagi dengan sedikit grogi. Aku sudah bertekad untuk lulus pagi itu. Hari sebelumnya, aku meminta tolong mas Kocor untuk menemani aku latihan khusus uji berbalik arah. Dia membuatkanku lintasan menggunakan corong oranye yang ada di halaman parkir kampus. Kami berusaha mengatur jaraknya sesuai dengan aturan (http://ngada.org/bn279-2012lmp.htm). Dia yang mencotohkan pertama kali, lalu aku mencobanya. Awal-awal percobaan aku gagal terus. Entah yang nyenggol corong, entah yang nurunin kaki. Lama-lama..? Aku bisa juga. Ternyata kita harus melawan rasa takut jatuh, lho! :) Aku latihan sampai merasa benar-benar puas.
Tidak seperti minggu-minggu sebelumnya di mana aku terus memperhatikan item keempat ketika penguji memberikan contoh, minggu keempat ini aku lebih memperhatikan penguji di item kelima. Entahlah.. rasanya aku sudah punya firasat akan lancar melewati item keempat yang menjadi momok menakutkan itu. Di akhir penjelasan, penguji yang satunya (penguji yang biasanya menjelaskan belum datang) menyampaikan bahwa kebanyakan pemohon tergesa-gesa ingin menyelesaikan satu item. Akibatnya, mereka tidak benar-benar fokus pada item yang sedang dilalui. Akibatnya lagi, mereka jadi ragu-ragu, grogi berlebihan, dan salah-salah. Penguji yang satu ini bilang kalau sebelum mulai jalan, atur nafas dulu agar kita tenang dan tidak usah memikirkan item selanjutnya dulu. Semacam here and now gitulah. Di akhir penjelasan, he mentioned my name! "Ya, mbak Maria?" Aku agak terkejut. Nasib.. udah sampai dihapalin sama pengujinya. Isin-isin piyee gitu.. Lha, di situ kan, nggak cuma ada aku. But then I smiled.. "Iya, pak. Siap!"
Ujian hari itu cukup ramai dan didominasi oleh anak sekolah. Sebelum aku dipanggil, udah ada 3 orang yang berhasil lulus dan mereka diberikan tepuk tangan oleh pemohon yang lain. Wushh.. asik banget ujian kali ini. Atmosfernya agak beda. Giliranku pun tiba. Item satu sampai dengan tiga mulus. Seperti biasa, penguji yang tadi mention namaku berdiri di seberangku, di ujung item keempat. Sebelum aku mulai jalan, aku menenangkan diriku dan mengatur nafasku. Ketika itulah, pak polisi yang bertugas jaga parkir di belakangku tiba-tiba menyemangatiku dan memberi arahan perkara belok-membelok di ujung sana nanti. (P.s. Pak polisi tukang parkir aja sampai hapal sama aku. Hahaha..) Kami terlibat dalam percakapan singkat. Aku cerita kalau ini sudah keempat kalinya aku ujian praktek dan selalu gagal di item keempat, saat membelok di depan sana. Pak polisi bilang, pokoknya ambilnya dipepetin ke kiri aja nanti pas habis belok tinggal lurus dikit, terus belokkin lagi stangnya. Beliau bilang jangan dibelokkin full. "Pasti bisa! Yakin aja!" he added.
Akhirnya, aku beranikan diri berjalan. Aku membayangkan ada patok satu lagi pas belokan, seperti yang dibuat mas Kocor malam sebelumnya. Aku ikuti garis imajiner yang aku buat. Stangku tidak goyang-goyang (takut menabrak patok di depan) karena ternyata jarak antara patok dan bagian depan motorku cukup untuk berbelok! Pengujiku ikut bilang, "Terus.. terus.. terus..!" (Seingetku beliau nggak pernah ikut teriak-teriak gini ke pemohon lain. Biasanya cuma berdiri cool dan diam). Akhirnya aku bisa melewatinya dengan mulus, tanpa menurunkan kaki. Ini keajaiban macam apa? Kok rasanya lebih susah yang semalam dibandingkan ini? Aku menuju garis finish dengan lega. Pak polisinya masih menungguku di balik pagar. He smiled, I smiled. "Bisa to?" katanya. "Iya, pak!" jawabku senang.
Dan inilah item terakhir: angka 8. Penguji yang menemaniku di item empat tadi kembali menemaniku di item kelima. Beliau menyuruhku untuk istirahat sebentar mengatur nafas. Beliau bilang, aku harus tenang dan fokus karena ini sudah item terakhir. Kalau bisa jangan sampai gagal. Beliau mempersilahkanku untuk memulai kalau sudah benar-benar siap. Aku mulai tancap gas pelan-pelan. Beberapa kali rasanya hampir mau nabrak patok dan menurunkan kaki, tapi aku tetap mempertahankan keseimbanganku. Ketika sudah di putaran terakhir, beliau kembali mengingatkanku untuk tenang. Dan akhirnya aku berhasil mendaratkan kaki kiriku di tempat Finish! Huaaa... senangnya bukan main. Aku kebagian tepuk tangan juga! Pengujiku juga terlihat lega. "Nah, mbak Maria, habis ini ke Sendangsono ya, berdoa," katanya sambil menyerahkan mapku. "Hahaha.." aku ketawa aja.
PENCETAKAN SIM
Aku langsung menyerahkan mapku ke bagian pendaftaran ujian praktek. Aku menunggu namaku dipanggil. Bapak polisi kemudian menyerahkan kertas bertuliskan LULUS. Yeay! Aku diminta ke bagian pengambilan SIM di gedung Satpas, sebelah tempat foto. Sampai di sana, aku diminta presensi dan petugasnya kembali mengkonfirmasi data diriku. Lalu aku diberi slip pembayaran SIM. Aku disuruh membayar terlebih dahulu di loket BRI yang terletak di sebelah loket pendaftaran. Setelah itu, aku kembali ke bagian pengambilan SIM. SIMku akhirnya dicetak. Yeay! Kemudian aku mengambil motorku di parkiran dan bepamitan pada pak polisi yang berjaga. Aaahh.. minggu depan sudah tidak bertemu lagi dengan beliau-beliau ini.
Yaa.. begitulah pengalamanku membuat SIM C, gampang-gampang susah (3x ujian teori dan 4x ujian praktek!). Kalau kamu nggak punya keinginan dan komitmen yang kuat disertai usaha, pasti susah lulusnya. Hehehe.. Selesai ujian, bos besar malah nanyain kapan aku ngulang (ujian) lagi saking seringnya dapat kabar kegagalan dariku. Hahaha.. Dalam waktu satu bulan aku bolak-balik ke sana, banyaaakk banget cerita dan pelajaran yang aku dapat dalam interaksiku bersama dengan bapak-bapak polisi dan pemohon-pemohon SIM yang lain, dari anak SMA sampai eyang-eyang! Kami berbagi banyak hal, termasuk kekhawatiran sekaligus dukungan :)
Terima kasih sudah mau membaca pengalamanku yang ternyata panjang sekali kalau ditulis. Untuk petunjuk pembuatan SIM baru yang lebih ringkas akan aku posting di postingan setelah ini. Terima kasih!
Goodreads job mbak Maria ikut senang mendengarnya hihihi
ReplyDeleteMakasih, mas Kocor..
Delete