Monday 30 April 2018

#DramaOjol

KMTM KOPROL : SEBERAPA EFEKTIF OJEK ONLINE MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT INDONESIA?
http://kmtm.ft.ugm.ac.id/apakah-prospek-
menjadi-pengemudi-ojek-online/
Halooo!! Aku kangen banget pengen berbagi kisahku 😊
Terakhir kali aku menulis tentang tulisanku yang dimuat di buku Guruku Berbulu dan Berekor part 2 dan itu sudah Januari kemarin. Hehe.. Hari ini aku buka blog dan menemukan tulisan "1 comment" di postinganku itu. Ternyata kak Indi yang ngasih komentar. Hahaha..

Anyway.. aku nggak mau bahas soal itu di kesempatan ini. Well.. ada banyak hal yang terjadi selama rentang waktu tersebut hingga detik ini yang kalo dipikir-pikir agak nggak percaya aja. Salah satu resolusiku tahun ini adalah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan studiku semasa kuliah dulu. Pada pertengahan Maret, kesempatanku untuk memenuhi resolusi tersebut terbuka! Singkat cerita aku diterima di sebuah perusahaan di Surabaya dan mulai masuk kerja per 3 April 2018. Tanggal 31 Maret merupakan tanggal bersejarah di mana aku mulai berstatus sebagai anak kos. Never imagined about it before. Nggak terasa tau-tau udah sebulan aja di sini. Hehe..

Sebulan di Surabaya rasanya kayak udah dua atau tiga bulan karena aku mulai terbiasa dengan situasi di sini, meskipun diawali dengan proses adaptasi yang cukup menyebalkan (aku bakal cerita di kesempatan lain). Sebulan di Surabaya aku gunakan untuk observing dengan maksimal dan mengakrabkan diri dengan lingkungan di sekitarku. Misalnya dengan jalan-jalan di sekitar komplek kosku berada untuk sekedar cari sarapan dan makan malam, ke warung kelontong untuk beli energen serenteng, mencoba cari kesempatan untuk ikut koor gereja dan mencari teman baru di sana. Pokoknya usaha biar get in touch dengan sekitar biar nyaman dulu.

Sebulan di Surabaya aku cuma tau jalan pulang-pergi ke kantor, toserba, dan ke gereja 😂 Karena aku tidak membawa serta kendaraan bermotor ke sini, aku mengandalkan babang-babang ojol untuk antar-jemput ke manapun aku pergi. Babang ojol di sini unik-unik mulai dari cara berkendaranya yang nggak mementingkan keselamatan (ya di sini emang budaya berkendaranya nggak bagus sih), drivernya nggak pakai helm, drivernya nawarin aku mau pakai helm apa nggak (hedeh..), macem-macem dah. Nah, selama satu bulan ini aku jadi pelanggan setia ojol, ada satu kejadian yang kayaknya nggak bakal aku lupain.

Suatu hari aku pulang kerja jam 6 sore. Waktu itu habis turun hujan. Seperti biasa aku pergi ke pos satpam untuk memesan ojol. Beberapa kali aku coba, aplikasinya tidak mau tehubung ke internet sementara hari semakin gelap. Hampir setengah jam berlalu, tapi aku belum berhasil memesan ojek. Akhirnya aku meminta bantuan temanku, Dhea, untuk memesankan ojek. Hore aku bisa pulang. Biaya ojol dari kantor ke kos 7.000 rupiah. Saat itu aku hanya membawa selembar uang 50.000 di dompet. Karena takut babangnya nggak punya kembalian, aku bilang saja sekalian top-up. Singkat cerita kami sudah sampai di depan kos. Babang ojol langsung mengisikan saldo. Lama kami menunggu kok saldonya nggak masuk-masuk. Terjadilah percakapan berikut:
Babang (B): Udah mbak masuk dulu aja nggak papa.
Aku (A): Wah, nggak mau, mas. Biar saya nunggu aja di sini.
B: Biasanya masuknya cepet kok, mbak.
A: Apa karena jaringan kartu saya lagi eror, ya?
B: Dulu saya juga pernah ngirimnya lama kayak gini, mbak. Saya tungguin sampai saldonya masuk.
A: Ooohh.. apa coba tethering-in saya, mas. Siapa tau bisa nyambung internetnya.
B: Oh ya boleh dicoba, mbak. (Masnya nyalain hotspot)
A: Ada passwordnya nih, mas. Apa?
B: Waduh, apa ya? Coba 123456, mbak.
A: 1, 2, 3, 4, 5, 6. Nggak bisa tuh, mas. Coba lihat di setting-an hapenya (buka-buka menu settingan hape masnya). Oh ini, nih, panjang banget. 33eexxxxxxxx (aku nggak inget) Sudah tersambung nih, mas. Kok tetep nggak masuk ya?
B: Ya sudah mbaknya bawa duitnya dulu saja.
A: Wah, ya jangan, mas.
B: Nggak papa, mbak. Ini juga saya mau pulang. Besok bisa kan kalo keluar kantor bentar ke depan?
A: Ya bisa sih.
B: Atau nggak besok pagi saya ke sini. Mbak kalo berangkat ke kantor jam berapa?
A: Jam delapan kurang seperempat, mas.
B: Besok saya ke sini sekalian mbaknya berangkat ke kantor.
A: Ya sudah deh, mas.
B: Ya, mbak. Nanti chat saya aja kalo saldonya sudah masuk.
A: Ya, mas. Makasih.
Sesampainya di kamar, otakku kayak baru bangun tidur dan menyadari kenapa saldonya nggak masuk-masuk. Lha wong pesen ojolnya pake akunnya temenku 😓 Ya saldonya masuk ke akunnya temenku to ya. Haduuuhhh... akhirnya aku telpon temenku buat periksa saldonya dia. Ternyata sudah masuk. Aku malu banget nih, mau bilang apa ke babangnya 😟 Akhirnya aku chat babangnya dan menjelaskan sebab-musabab saldo nggak masuk-masuk sekaligus minta maaf. Babangnya balas "Iya mbk gk pp..." dan... "bsok saya jemput kerumah y mbk..."

Keesokan harinya sekitar jam 7:15, bapak kos manggil-manggil namaku dan bilang kalo aku udah dijemput ojol. What?! Ini pasti babang ojek semalam orang aku belum pesan ojek. Ya ampun itu masih jam berapa aku masih sarapan. Akhirnya aku turun ke bawah sambil bawa lembaran uang 50.000 untuk bayar utangku semalam biar babangnya pergi aja nggak usah nunggu sampai aku kelar sarapan. Nanti aku makin nggak enak. Aku sampaikanlah permintaan maafku sekaligus bayar utang dan mempersilahkan babangnya pergi saja karena aku berangkatnya masih sekitar setengah jam lagi. Di luar dugaan, babangnya bilang nggak papa mau nungguin. OMG!!!!!!!!! Dia juga nanya kok chat dia ke saya nggak terkirim? Aku suruh restart hapenya aja. Sekilas aku lihat foto profil kontakku di hapenya, tapi aku tertawa geli dalam hati sebab nama yang tercantum adalah namanya Dhea.

Kemudian aku masuk ke dalam. Kalau sudah begini, nggak mungkin dong aku santai-santai sarapan. Akhirnya aku cepat-cepat sarapan, bedakan, lipstikan kilat. 15 menit kemudian aku sudah berada di bawah menenteng sarapanku yang belum habis. Kemudian terjadi percakapan berikut:
A: Ini kalo saya order, bisa langsung dapat akun masnya?
B: Iya, mbak, tapi nggak usah order. Biar saya antar aja.
A: (What?! Big no!) Ah, janganlah, mas. Saya order aja. Ini beneran bisa dapat akun masnya ya?
B: Iya, mbak, coba aja.
A: Lha, nanti kalo nggak dapat gimana?
B: Ya.. terserah mbaknya.
A: Yawis. Saya order ya, mas. (Otak-atik hape, ng-order. Dapat!) Lhoo.. kok bukan masnya ini? Gimana nih, mas?
B: Wah, lha iya, mbak. Punya saya baru online ini.
A: (Ya ampun.. sekarang apa lagi??) Yah.. terus gimana dong, mas?
B: Ya terserah mbaknya.
A: (#$%#^$%&^&) Ini drivernya udah di depan gang, tapi dia belum nge-chat, sih. Ya sudah saya naik driver yang ini aja ya, mas. Nggak papa, kan?
B: (Raut wajahnya terlihat.. tidak terdefinisikan) Ya nggak papa, mbak.
Babang ojek pun naik motor, pakai helm, nyalakan mesin motor, dan bersiap berangkat. Lalu dia berpamitan dan melaju pergi. Bapak kos kebetulan lagi beli sayur di depan rumah.
Bapak kos: Lho, itu bukan ojeknya to?
Aku: Bukan, pak.
Bapak kos: Oh pantesan saya heran kok golek Bea.. Bea.. Wong nggak ada anak sini yang namanya Bea.
Aku: (Ngguyu dalam hati.. maksud beliau Dhea) Hehe.. iya, pak.
Selang beberapa detik, driver yang satu datang. Aku pun berpamitan ke bapak kos. Tidak disangka, di depan gang ada babang ojek yang tadi gagal mengantarku ke kantor. Eh, ndilalah kok driver yang membawaku nglakson babangnya itu. Mau tidak mau aku turut serta menyapa, "Mari, mas!" sambil tersenyum berlalu.

Sampai di kantor aku cerita ke rekan kerja satu ruangan kalau jam 7.45 aku sudah di kantor dan menguraikan panjang-lebar apa yang terjadi sejak semalam. Pada ngakak amazed sama nasibku 😆 Yahh.. ini salah satu #dramaojol yang tidak terlupakan. Sampai sekarang terkadang aku was-was kalau orderanku kena masnya lagi. Hahaha...

Semoga kalian yang baca terhibur ya.. Hahaha.. Semoga aku niat nulis lagi kisah-kisah yang lain ya... Terima kasih sudah mampir baca :) xxx

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...