Satu Koreksi

Saya bukan orang kejam, yang senang mengeluarkan kata-kata 'ajaib', yang bisa melukai hati orang lain. Saya bukan si darah tinggi, yang suka marah-marah tanpa sebab yang jelas atau karena hal sepele. Saya tidak pandai beradu mulut.

Saya menghargai anda, karena kita satu tim. Ya, saya lihat selama ini anda jarang sekali absen dari 'acara-acara' yang penting, saya rasa -entahlah menurut anda bagaimana-. Saya senang anda menjalankan peran anda dengan baik. Ya, saya bisa melihat bagaimana usaha anda menjalankan peran tersebut -bersama partner anda, tentu saja-. Meyakinkan saya bahwa saya tidak salah pilih. Saya berterima kasih sekali atas kemurahan hati anda. Sampai-sampai saya tidak tahu bagaimana akan membalasnya...

Baiklah, langsung saja. Hari ini seperti biasa, rutinitas -saya tidak perlu menyebutnya- itu dijalankan. Terima kasih untuk kesekian kalinya sudah bermurah hati mempersiapkan apa yang dibutuhkan. Sudah menunggu saya dan teman-teman sampai 'turun ke lapangan'. Dan tentu saja bersedia ikut juga. Tapi ternyata saya salah.... Anda pergi, entah kemana -meskipun saya sebenarnya tahu-, meninggalkan partner kerja anda! Benar-benar tanpa alasan yang jelas -sampai saya menulis ini, saya belum mendengar pengakuan anda langsung-.

Entahlah saya harus berkata apa lagi. Saya sudah terlalu lelah mengurus hal-hal seperti ini. Tidak penting memang. Asal anda tahu, ini bukan hanya melibatkan saya, tapi juga teman-teman anda. Saya tahu yang 'memegang' hal ini adalah saya dan demi proker-proker yang sudah saya persiapkan. Saya tegaskan, ini kerja tim! Bukan saya pribadi! Saya senang teman-teman lain bisa kerjasama, anda juga ikut andil. Tapi menurut saya kali ini tidak bisa ditolerir lagi. Pergi tanpa kabar, sementara teman yang lain berusaha demi suatu acara milik bersama!

Saya harap anda sadar. Selama ini anda selalu bilang 'tidak merasa dihargai', itu bukan alasan untuk kemudian tidak menghargai teman yang lain. Ya, saya rasa anda masih punya rasa kepedulian akan hal ini..