Suatu hari di
awal bulan Januari 2017, matahari bersinar seperti seharusnya. Suasana rumah
tenang seperti biasanya hanya kadang terdengar suara kaki anjing naik-turun
tangga, daily exercise. Sampai saat bel rumah berbunyi, ada
yang ingin menyetor uang deposit pulsa ke mama. Kebetulan aku yang membukakan
pintu depan rumah. Bambi saat itu sedang di lantai atas, tapi karena sudah
terbiasa waspada menjaga agar Bambi tidak kabur aku menahan pintu dengan
kakiku. Eh.. saking semangatnya membuka pintu, tumit kaki kanan yang dipakai
menahan pintu terjepit di bawah pintu. Wadouw!
Sakit, sih,
rasanya seperti dicubit keras-keras. Aku menganggap sakitnya akan mereda
seiring dengan berjalannya waktu, jadi nggak aku apa-apain. Sekitar satu bulan
lebih setelah kejadian itu, aku mulai sadar kalau jalanku jadi agak jinjit
karena aku menahan agar tumitku nggak kena lantai which is mean sakit di kakiku itu belum menunjukkan tanda-tanda
akan pergi.
Barulah aku
menaruh perhatian serius ke si tumit. Setelah diamat-amati, bagian di sekitar
tumit yang terjepit kemarin seperti mengapal (kapalan). Aku pergi ke dokter
terus dirujuk ke dokter spesialis bedah. Kalau tidak salah beliau nyaranin
untuk dioperasi. Jadi daging yang agak timbul itu harus diangkat karena mungkin
menjepit saraf sehingga menimbulkan rasa sakit. Dokternya bilang, kalau oke
(setuju operasi) bisa langsung atur jadwalnya. Aku bilang sih, masih mau
pikir-pikir dulu. Pertimbanganku waktu itu adalah aku akan wisuda bulan April.
Takutnya proses penyembuhan pasca operasi akan mengganggu persiapan dan
pelaksanaan wisudaku nanti. Kemungkinan paling buruk ya aku nggak bisa ikut
wisuda. Akhirnya aku urungkan dulu niat untuk operasi.
Nah, adikku
nyaranin buat diobati dulu pakai salep *8 karena menurutnya itu sejenis mata ikan.
Dia cerita kalau dosennya punya mata ikan terus sembuh setelah diobati pakai
salep *8. Aku sempat nggak mau dan baru ngasih salep sekitar bulan Mei,
pokoknya pas urusan wisuda sudah rampung. Sekitar 2 minggu dikasih salep
tersebut, kulit yang kapalan pelan-pelan mengikis lalu terlihat lingkaran di
bagian yang sakit. Di tengah-tengah lingkaran ada semacam daging (aku nggak tau
pasti itu apa) terus di sekitar daging tersebut ada kayak hitam-hitam gitu. Aku
coba tarik-tarik pakai pinset. Setiap hari seperti itu sampai suatu hari pas
aku tarik, rasanya sakit sekali dan keluar sedikit darah. Setelah itu aku nggak
berani otak-atik lagi. Penampakan tumitku jadi agak jelek.
OPERASI
Karena rencananya operasi
akan dilaksanakan jam 10 pagi, aku harus puasa makan dan minum H-6 jam sebelum
operasi. Oh iya, aku akan dibius total ketika operasi nanti.
Singkat cerita, aku udah
selesai operasi dan pas bangun langsung nangis karena kesakitan bangeett..
Hiks.. Mamaku udah duduk nungguin di sebelah tempat tidur. Kami masih di ruang
persiapan operasi. Terus aku dipindah ke kamar rawat inap dan memilih tidur
lagi daripada harus merasakan sakit. Eh, pas bangun nangis lagi kayak orang
kesel dan gemes “kok sakit banget sih?!” gitu. Hahaha..
Aku diperbolehkan minum
dan makan kalau sudah tidak merasakan pusing. Aku minum dan makan dengan lahap,
tapi tidak lama kemudian muntah. Mantap. Nggak apa-apa, aku lanjut lagi
makannya sampai piring bersih mengkilat. Habis itu rebahan lagi.
Aku sudah diperbolehkan
pulang sore harinya, nggak mau berlama-lama di rumah sakit karena siapa tau ada
pasien lain yang ingin menggunakan kamarnya.
Singkat cerita, aku sudah masuk tahap penyembuhan pasca operasi. Ada beberapa masalah kecil yang muncul (seperti mendadak maag!), tapi semua bisa diatasi dengan baik. Lama-lama aku bisa berpijak dengan baik lagi.
to be continued.. Klavus (part 2)
No comments:
Post a Comment