Monday 14 January 2013

Tanah Surga ...katanya

Beberapa waktu yg lalu, aku menonton film terbaik dalam ajang FFI 2012: Tanah Surga ...katanya. Film drama yg rilis tanggal 15 Agustus 2012 ini bertemakan Nasionalisme. Aku nggak akan nulis sinopsisnya, tapi pesan yg sampai kepadaku.

Kakek Hasyim begitu cinta terhadap tanah air Indonesia. "Aku mengabdi bukan untuk pemerintah, tapi untuk negeri ini, bangsaku sendiri." Dia tidak mau diajak tinggal di Malaysia oleh anaknya meskipun jelas kehidupan di sana lebih baik. Kata-kata yg keluar dari mulut kakek sukses 'nyentil' sanubari, menyadarkanku akan kondisi tanah air saat ini beserta isinya. Menyadarkanku betul-betul, aku masih berada di Indonesia, sekaligus bersyukur, aku masih menggunakan mata uang rupiah, masih hafal lagu Indonesia Raya, masih bisa melihat bendera Merah Putih berkibar di mana saja. Lain dengan teman-teman yg ada di daerah perbatasan. Meskipun aku nggak tau keadaan yg sebenar-benarnya di sana.

Aku ingat pernah menonton sebuah acara liputan di televisi. Jadi mereka berkunjung ke daerah perbatasan Sarawak-Kalimantan Barat. Kondisinya memprihatinkan. Sudahlah kalau masalah rumah atau jalanannya. Lha ini, ketika salah seorang warganya diminta
menyebutkan Pancasila aja dia ndak tau. Siaran televisi dan radio yang sampai dan bisa dinikmati adalah siaran dari Malaysia. Jadi taunya yo artis-artis Malaysia, lagu-lagu Malaysia. Sampai-sampai bahasa yg umum digunakan adalah bahasa Malaysia. Mata uang yang digunakan mata uang Ringgit Malaysia. Ya karena mereka kalau berdagang lebih senang ke Sarawak.

Perbedaan yg kontras sekali terlihat dari jalan di daerah perbatasan. Wilayah Indonesia jalannya tanah berbatu, sedangkan begitu sampai wilayah Sarawak kita disambut dengan jalan beraspal. Tapi kata kakek lagi, membangun Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan.












Ada puisi juga nih, yg dibacain Salman:
Bukan lautan hanya kolam susu ...katanya.
Tapi kata kakekku, hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu.
Kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kau temui ...katanya.
Tapi kata kakekku, ikannya diambil nelayan-nelayan asing.
Ikan dan udang datang menghampirimu ...katanya.
Tapi kata kakekku, ssstt.. ada udang di balik batu.
Orang bilang tanah kita tanah surga ...katanya.
Tapi kata dokter intel, yang punya surga cuma pejabat-pejabat.
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman ...katanya.
Tapi kata dokter intel, kayu-kayu kita dijual ke negara tetangga.
Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman ...katanya.
Tapi kata kakekku, belum semua rakyatnya sejahtera, banyak pejabat yg menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri.
Lagu Tanah Airku yg diputar saat adegan Salman berlari membawa bendera merah putih menjadi bagian yang pas untuk merenungkan apa yg sudah dan akan kita berikan pada tanah air Indonesia. Diantara munculnya kasus-kasus korupsi, terjadinya tawuran antar pelajar, berkurangnya semangat kebhinekaan, ludesnya hutan, lunturnya budaya bangsa, eksploitasi sumber daya alam, mbok ayo gotong royong mbangun bangsa. Belajar yg tinggi, rajin, dan sungguh-sungguh agar ketika dihadapkan pada masalah-masalah yg ada dalam masyarakat, kita tau harus melakukan apa. Menjadi generasi muda yg haus akan ilmu dan berprestasi.
Tanah Airku tidak kulupakan
'kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak 'kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani
Yang mahsyur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah ku rasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan

"Apapun yang terjadi, jangan sampai 
kehilangan Cinta pada negeri ini" 


Bacaan tambahan:
http://irniirmayani.wordpress.com/2012/09/02/tanah-surga-katanya/
http://pewarta-indonesia.com/inspirasi/resensi/10235-qtanah-surga-katanyaq-potret-kemiskinan-rakyat-yang-hidup-di-wilayah-tapal-batas-negara.html

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...