Aku suka sunrise.
Pagi ini, saat aku bangun lebih pagi dari biasanya -entah mengapa- kuputuskan untuk mengambil kursi dan duduk manis di balkon atas. Menghadap ke arah timur, tempat di mana matahari akan terlihat untuk pertama kali, setiap harinya. Seperti tidak ingin kehilangan satu momen pun, aku hanya duduk terdiam sambil terus menatap langit yang perlahan mulai menguning.
Dari pos dua, Merbabu (dok.pribadi) |
dari Jembatan Setan, Merbabu (dok.pribadi) |
di perjalanan take summit, Rinjani (dok.pribadi) |
Pemandangan Danau Segara Anak, Rinjani (dok. mbak Tania) |
Aku suka sunrise.
Lebih-lebih ketika berada jauh dari hingar-bingar kota. Di gunung. Kalau saja kau pernah pergi ke gunung, salah satu perasaan yang paling menyenangkan adalah ketika kau bisa bangun sangat pagi dan pergi melangkah ke luar tenda mencari di mana matahari terbit, meskipun udara bisa sangat dingin saat itu.
Pasti kau bertanya mengapa. Di gunung, kau bisa puas berlama-lama duduk ataupun berdiri menikmati momen paling menyenangkan ini. Tapi kalau di kota (apalagi di atas rumah), akan ada banyak mata yang menatapmu. Seperti pagi ini. Terhitung sudah ada dua pasang mata kucing yang keheranan melihatku berdiri mematung di atas balkon (ngomong-ngomong aku tidak pernah suka tatapan kucing). Dan sepasang mata milik tetangga di depan rumah yang mungkin juga keheranan melihat keberadaanku yang tidak biasanya di atas balkon pagi-pagi. Di samping itu, suara kendaraan terdengar merusak nyanyian burung-burung gereja yang sudah sibuk beterbangan. Sulit untuk menghiraukan hal-hal tersebut.
Pasti kau bertanya mengapa. Di gunung, kau bisa puas berlama-lama duduk ataupun berdiri menikmati momen paling menyenangkan ini. Tapi kalau di kota (apalagi di atas rumah), akan ada banyak mata yang menatapmu. Seperti pagi ini. Terhitung sudah ada dua pasang mata kucing yang keheranan melihatku berdiri mematung di atas balkon (ngomong-ngomong aku tidak pernah suka tatapan kucing). Dan sepasang mata milik tetangga di depan rumah yang mungkin juga keheranan melihat keberadaanku yang tidak biasanya di atas balkon pagi-pagi. Di samping itu, suara kendaraan terdengar merusak nyanyian burung-burung gereja yang sudah sibuk beterbangan. Sulit untuk menghiraukan hal-hal tersebut.
Di Pantai Gili Trawangan, Lombok (dok.pribadi) |
Di Pantai Gili Trawangan, Lombok (dok.pribadi) |
Aku suka sunrise.
Spot lain yang menurutku menyenangkan untuk menikmati sunrise adalah pantai. Tentu saja di tempat yang kau bisa dengan leluasa menatap langit timur. Aku tidak pernah memperhatikan suara kicauan burung di tepi pantai. Hanya ada suara debur ombak yang mencium mesra bibir pantai. Ini menyenangkan sekali. Satu spot lagi, rooftop. Bagi mereka yang bangunan rumahnya lebih dari dua lantai dan menyediakan atap teratas berupa lapangan kosong, kalian melakukan hal yang tepat (menurutku). Setidaknya itu yang kurasakan ketika mampir di rumahnya bang Arial, salah seorang kenalanku di Lombok. Kala itu kami mengunjungi ruko mamanya. Dan ada rooftop di mana kamu bisa melihat banyak hal dari sana. Membayangkan duduk-duduk di atas pagi-pagi buta menanti sunrise sepertinya akan menyenangkan!
Di Pantai Gili Trawangan, Lombok (dok.pribadi) |
Di Jembatan Setan, Merbabu (dok.pribadi) |
Selain menyenangkan menikmatinya, sunrise membuatmu bersyukur bisa bertemu dengan hari yang baru. Apalagi saat merasakan belaian lembut angin pagi dan hangatnya siraman mentari. Dan setidaknya kamu masih bisa menghirup udara segar pagi hari tanpa polusi udara, kan? Kamu bisa duduk merenungkan banyak hal. Salah satunya adalah hal-hal yang dapat kamu syukuri sepanjang hidupmu. Kamu akan merasa lebih baik setelahnya dan siap menjalani hari dengan senyuman!
Aku suka sunrise.
Lebih-lebih lagi jika bisa menikmatinya bersamamu :)
Di Pantai Gili Trawangan, Lombok (dok.mbak Widi) |
Di Jembatan Setan, Merbabu (dok.pribadi) |
No comments:
Post a Comment