Akhirnya, Merapi yang selama ini cuma bisa kukagumi keindahannya dari atas Jembatan Janti, Merapi yang selalu muncul berdampingan dengan Merbabu bisa kusambangi langsung. Bersama Lacuk, Bidur, Berok, Sikur, dan Gacer, aku melakukan pendakian penutupan bulan Agustus di Puncak Merapi. Sebenarnya kebetulan saja dapat tanggal di akhir bulan. Motif dibalik pendakian ini adalah karena rasa penasaran Lacuk, Bidur, dan aku yang sudah tidak tertahankan lagi.
Sabtu, 30 Agustus 2014
12.00 WIB: Belanja dan packing
Lacuk sudah mengirimkan pesan singkat malam sebelumnya bahwa siang ini jadwalnya belanja. Karena aku nggak bisa ikutan, yang berangkat cuma dia, Sikur, Bidur, dan Berok. Karena pendakian kali ini modelnya tik-tok (naik langsung turun), kami tidak membawa makanan yang banyak. Hanya beberapa makanan instan dan roti-rotian serta bahan minum. Kami membawa trangianya mas Momok untuk dipakai memasak. Barang-barang tersebut kemudian didrop di kos Sikur.
17.30 WIB: Di Kos Sikur, packing
Aku baru bisa datang jam 5 sore. Karena belum tau di mana letak kos Sikur, aku disuruh menunggu di ujung gang, utara apartemen merah. Kebetulan Lacuk dan Sikur sedang pergi ke alfamart. Akhirnya mereka berdua datang. Bidur sudah ada di dalam. Kami langsung berkemas-kemas. Barang bawaan kami kemas dalam dua carrier dan satu daypack. Kami membawa dome juga untuk dua orang. Ya, buat meletakkan barang-barang ketika akan muncak sudah cukup. Setelah siap semua, kami pergi ke pondok untuk mengambil trangia Mas Momok. Di sana hanya ada mas Kocor dan Ranja. Setelah barang masuk carrier, kami menulis di papan tulis dan berpamitan. Dagh, sayangg :')
18.50 WIB: Berangkat menuju rumah Gacer
Kami berangkat menggunakan dua motor, Sikur-aku, Bidur-Lacuk. Tujuan kami sekarang adalah rumah Gacer. Tapi sebelum ke sana kami janjian ketemuan dengan Berok di pom bensin Mlati. Berok nggak bisa ikut kumpul di kos karena tadi sore harus mengantar ibunya. Sekarang ada tiga motor. Aku kangen jalan Jogja-Magelang waktu malam hari. Semua kenangan perjalanan dengan tujuan yang sama, yakni pendakian gunung, muncul begitu saja. Apalagi kali pertama sama Kocor, perjalanan ke Merbabu. Malam hari, dingin, carrier di belakangku terasa berat. Aku pegangan lututku kuat biar kelihatan semua baik-baik saja sampai Kocor nanyain, 'berat, ya?' dengan sedikit tertawa. Yah, ketahuan. Lalu aku duduk agak maju lagi. Hahaha..
20.13 WIB: Sampai rumah Gacer
Rumah Gacer ada di kaki gunung Merapi. Udara dingin mulai terasa di sini. Rumah Gacer sangat sederhana. Letaknya di belakang rumah baru, yang tepat menghadap jalan, yang kini sedang dalam proses pembangunan. Kami disambut ibu, bapak, dan adiknya Gacer. Mereka sangat ramah. Kata bapaknya Gacer, temen-temen Gacer sudah sering datang dan menginap ketika mau mendaki Merapi. Kami istirahat sebentar dan ditawari makan malam oleh ibunya Gacer. Makan malam yang sederhana juga. Kesan pertamaku berasa Live In. Menurut penuturan Gacer, kalau mau masak pun masih pakai kayu.
21.55 WIB: berangkat menuju Selo
Terlalu asik beristirahat. Rasanya pengen menginap saja di rumah Gacer. Haha.. Kami harus segera berangkat. Setelah menitipkan motor dan berpamitan, kami berangkat dengan formasi Sikur-aku, Gacer-Lacuk, Berok-Bidur. Jalanan sudah sepi. Udara semakin dingin.
22.58 WIB: sampai di basecamp Barameru.
Finally! Sampai di basecamp. Ada banyak sekali orang yang sepertinya akan mendaki juga. Kata Gacer ini lebih ramai dari biasanya. Wah, bakal antri di jalan, nih. Kami langsung mengurus retribusi dan menulis di buku. Siap berangkat. Kita masih akan menuju New Selo. Jalanannya beraspal. Perjalanan ke New Selo memakan waktu sekitar 15-20 menit. Sampai di sana, kami disambut dengan tulisan NEW SELO yang sangat besar. Katanya, tempat ini terletak di antara Gunung Merapi dan Merbabu. Jadi, dari sini kita bisa melihat pemandangan kedua gunung yang sangat indah. Di sini disediakan toilet, menara pandang, juga kios tempat para pendaki makan dan minum.
|
Fotonya diambil waktu pulang |
|
Fotonya diambil waktu pulang |
23.50 WIB: mulai mendaki
Kami memulai perjalanan kami. Jalanan pertama masih di semen. Masih bisa dilewati motor warga juga yang ingin pergi ke ladangnya. Yap, di kanan-kiri kami adalah ladang warga yang ditanami tembakau, tanaman palawija, sayuran, dan lainnya. Setelah itu kami melewati jalan tanah. Langit malam itu sangat cerah. Bintangnya ada banyak sekali. Dalam beberapa kesempatan, kami bisa menyaksikan pemandangan kota dengan lampu-lampunya yang gemerlap. FIX, malam ini sempurna minus 1, kehadiran kamu. Rasanya pengen pulang ke Jogja ngajak kamu biar malam ini benar-benar sempurna :)